Ada
aspek-aspek lain sedekah yang luput dari perhatian sebagai muslim.
Diantara aspek itu misalnya ada waktu-waktu tertentu yang baik untuk
bersedekah, atau momen dan perbuatan tertentu yang merupakan sedekah
tapi tidak disadari oleh sebagian kaum Muslimin.
1. TIDAK MEMAHAMI MOTIVASI BERSEDEKAH.
Diantara
sebab seorang muslim sulit untuk membiasakan diri mengeluarkan sedekah
adalah tidak memahami motivasi, tata cara, dan manfaat bersedekah yang
diajarkan oleh agama. Diantara sebab para ulama fiqih dan ulama
muhadditsin memfatwakan wajibnya seorang muslim mempelajari dan memahami
agama adalah, agar umat Islam memiliki motivasi dan dasar agama yang
kuat ketika mengaplikasikan nilai-nilai yang diajarkan.
Jika
seorang muslim memahami betul nilai-nilai itu maka keikhlasan dalam
bersedekah akan muncul dalam hati mereka. Tidak menunda lagi bersedekah,
karena sedekah merupakan kebaikan. Bersegeralah, karena sedekah
mempunyai keajaiban yang banyak seperti pendapat ulama sebagai berikut.
"Ada
5 keuntungan dalam mengamalkan sedekah. Pertama, menambah harta
kekayaan. Kedua, obat penyembuh penyakit. Ketiga, Allah menghilangkan
segala bala dari yang melakukannya. Keempat, yang melakukan sedekah akan
melintasi siratal mustakim seperti kilat. Kelima, mereka akan masuk
surga tanpa dihisab". (HR.Muslim)
Dewasa
ini belum banyak umat Islam yang menjadikan sedekah sebagai obat,
sebagai penolak bala, dan belum mengharap sedekah mereka sebagai modal
kemudahan pada hari kiamat nanti. Perkembangan hari ini, orang
bersedekah bergerak dari memenuhi anjuran agama menuju penambahan harta
karena sedekah. Ini hal yang positif dan harus ditingkatkan menuju
motivasi yang selanjutnya, sehingga semakin tercipta karakter-karakter
yang semakin menuju ridha Allah.
2. SELINGKUH.
Menggauli
istri atau melayani suami didalam hadist dikategorikan juga sebagai
sedekah. Maka, penyaluran itu jika disalurkan bukan pada tempatnya tidak
akan bernilai ibadah, bahkan bernilai dosa disisi Allah. Dalam hal ini
menggauli atau melayani pasangan bukan pada tempatnya seperti menggauli
istri dari duburnya, atau berfantasi dengan yang lain saat berhubungan,
akan menghilangkan nilai ibadah dan tidak bernilai sedekah lagi.
Selingkuh dengan wanita lain bagi suami atau dengan lelaki lain bagi
istri, akan menghapus status sedekah dan sebaliknya bernilai dosa.
"Salah
seorang sahabat Nabi SAW mengatakan kepada Nabi,'Ya Rasulullah! Ahli
Ad-Dutsur berdebat tentang pahala, shalat mereka sama seperti shalat
kami, mereka berpuasa seperti kami berpuasa dan bersedekah dengan harta
yang baik mereka'. Nabi mengatakan,'bukankah Allah telah menentukan
apa-apa yang baik kamu sedekahkan? Sesungguhnya dalam setiap tasbih
adalah sedekah, takbir, tahmid, tahlil, amar ma'ruf dan nahi munkar
adalah sedekah, dan hampir sebagian aspek diri kamu adalah sedekah'.
Mereka mengatakan, 'wahai Rasulullah, apakah kalau seseorang sedang
bergairah syahwatnya disitu juga ada unsur sedekah?' Rasul mengatakan,
'apa pendapatmu kalau dia menyalurkannya pada jalan yang haram terdapat
pembenaran didalamnya? Maka begitu pula kalau dia menyalurkannya pada
yang halal, dia mendapat pahala". (HR.Muslim)
3. TIDAK BERSEDEKAH PADA SAAT GERHANA MATAHARI.
Banyak
diantara kita yang lupa memberi sedekah pada saat gerhana matahari
terjadi, padahal ini dianjurkan dalam agama dan tuntunan Rasulullah SAW,
sebagaimana tertuang dalam hadist,
"Dari
Aisyah bahwa dia berkata pernah terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah SAW. Maka Rasul mengajak masyarakat shalat. Beliau melamakan
saat berdiri, kemudian melamakan rukuknya, melamakan berdiri keduanya
pada rakaat pertama, melamakan rukuk kedua rakaat pertama, baru sujud
dan melamakannya, kemudian beliau melakukan hal yang sama pada rakaat
kedua. Kemudian Rasul beranjak, sementara matahari sudah terbuka,
kemudian beliau berkhotbah, membaca muqaddimah khotbah, kemudian beliau
berkata, 'sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan
Allah, tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kamu
melihat gerhana maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, shalat gerhana,
dan bersedekahlah'. Kemudian Rasul berkata, 'wahai Umat Muhammad, demi
Allah tidak ada yang paling bisa mengubah seorang hamba atau umat yang
berzina kecuali Allah. Wahai umat Muhammad, demi Allah kalau kalian tahu
apa yang saya tahu, pasti kalian hanya tertawa sedikit dan banyak
menangis".(HR.Bukhari)
Tidak
bersedekah seusai melaksanakan shalat gerhana matahari atau gerhana
bulan hukumnya sunah. Tidak bersedekah ketika dua gerhana itu merupakan
kelalaian yang harus mulai diperhatikan oleh seorang muslim. Sehingga,
semakin sempurna apresiasi seorang hamba kepada Khaliknya.
4. TIDAK MENJAMU TAMU DENGAN BAIK.
Menjamu
tamu merupakan kebajikan sosial yang diperintahkan secara tegas oleh
agama. Tetangga adalah orang yang datang bertamu kerumah, baik orang
daerah maupun luar daerah, kerabat maupun bukan. Mereka berhak dari kita
beberapa hak ketika bertamu kerumah diantaranya kita menjamu mereka,
memperlakukan dengan baik, mendengarkan masalahnya, menyuguhi makanan
dan minuman, dan lain-lain. Dalam tata cara bertamu atau syariat menjamu
tamu, pada hari pertama sampai hari ketiga tuan rumah berkewajiban
menjamunya. Namun, lebih dari itu sudah merupakan anjuran saja untuk
terus menjamunya atau tidak. Hadist mengatakan lebih dari tiga hari
jamuan tuan rumah terhadap tamunya sudah menjadi amalan sedekah baginya.
Perhatikan hadist Nabi berikut,
"Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hormatilah tamu, ditambah
anjurannya sehari semalam. Batas bertamu itu hanya tiga hari. Lebih dari
itu maka dianggap sedekah, dan tidak boleh tamu berlama-lama disana
apalagi sampai membuat salah paham". (HR.Bukhari)
Sebagian
kaum muslimin tidak menyadari dan mengetahui bahwa dalam hal menjamu
tamupun ada nilai-nilai sedekah. Nilai ini akan terlewatkan jika tidak
memahami kaidah dan aturannya.
5. BERSEDEKAH DILUAR KEMAMPUAN.
Diluar
kemampuan artinya bersedekah dengan memaksakan diri sampai memberi
mudharat kepada dirinya atau kepada orang lain. Contohnya seperti
memaksa diri bersedekah, sementara tidak tahu akan makan apa pada jadwal
makan berikutnya. Juga, seperti memaksa diri bersedekah walaupun dengan
berutang, mencuri, atau menipu. Ada ayat Al-Qur'an yang berbicara
tentang ini.
"Yaitu
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baiak diwaktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".
Al-Qur'an surat Al-Lail ayat 5-11,
"Adapun
orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertaqwa dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Adapun orang-orang yang bakhil dan
merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahalaa terbaik, Kelak kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat
baginya apabila ia telah binasa".
Memaksakan
diri untuk bersedekah diluar kemampuan tidak lebih penting dibanding
memenuhi kewajiban seseorang terhadap kehidupan dirinya sendiri, seperti
ingin bersedekah 2 juta padahal uang yang dia punyai hanya 2 juta atau
kurang dari itu. Menyelamatkan diri adalah kewajiban, sementara sedekah
hukumnya sunnah. Maka dari itu, dalam ayat diatas disebutkan bersedekah
dengan layak. Layak artinya sesuai kemampuan.
6. BEBERAPA TINDAKAN RINGAN YANG BERNILAI SEDEKAH.
Banyak
tindakan yang disebut Raulullah SAW dalam hadistnay, yaitu ketika
tindakan tersebut bernilai sedekah sementara banyak kaum muslim tidak
mengetahuinya. Diantara tindakan itu adalah (1) membiarkan orangtua,
tuli, buta, bisu, penanya alamat yang butuh bantuan sedang ia mampu;
(2-6) membaca tasbih, tahmid, takbir, thalil dan istighfar; (7) menyuruh
orang berbuat baik; (8-10) membuang duri, tulang, batu dari jalan; (11)
membantu orang lemah dengan kekuatannya sendiri; (12) menyetubuhi istri
dengan baik.
Bersedekah
tidak hanya dengan harta yang berbentuk material, tetapi banyak hal
yang bukan materi bisa kita sedekahkan sebagai bentuk loyalitas kita
dalam mengamalkan ajaran dan petunjuk Allah melalui Nabinya, Muhammad
SAW. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi siapapun untuk mengatakan
bahwa saya tidak punya uang atau harta yang akan saya sedekahkan jadi
saya tidak perlu bersedekah. Atau, ada orang yang merasa nasibnya malang
karena merasa tidak pernah diberi kekayaan agar bisa bersedekah dijalan
Allah. Perasaan dan pikiran seperti ini adalah kesalahan dan persepsi
yang salah yang direkam dengan sangat rinci oleh Rasulullah dalam hadist
beliau.
"Pada
setiap hari diwajibkan bagi setiap orang bersedekah untuk dirinya
sendiri". Lalu Abu Dzar bertanya,"dimana saya peroleh yang akan saya
sedekahkan, padahal kami tidak mempunyai harta?" Jawab Rasulullah SAW,
"Diantara pintu-pintu sedekah itu ialah membaca takbir, tasbih, tahmid,
tahlil dan istighfar. Demikian juga menyuruh orang berbuat baik dan
mencegahnya dari kemungkaran, membuang duri, tulang, batu dari tengah
jalan, menuntun orang buta, memperdengarkan orang tuli dan bisu hingga
ia mengerti, menunjuki orang yang menanyakan sesuatu yang diperlukan,
dengan kekuatan betis membantu orang yang malang, dan dengan kekuatan
tangan membantu mengangkat barang orang yang lemah, semua itu merupakan
aspek-aspek sedekah dari dirimu untuk dirimu, termasuk sedekah untukmu
ketika menyetubuhi istrimu dengan baik". (HR.Ahmad)
Dengan
mengetahui hadist diatas, seorang muslim tidak perlu lagi mempunyai
perasaan seperti diatas. Informasi dari hadist diatas juga akan memberi
pencerahan bahwa banyak hal yang bisa dijadikan lahan sedekah, aspek
sedekah. Sehingga dalam setiap gerak dan langkah, kita sudah bisa
menghitung-hitung untuk melakukan yang terbaik agar gerak dan langkah
itu menjadi nilai ibadah sedekah. Sebaliknya, kalau tidak dilakukan dan
diperhatikan akan hilang nilai sedekahnya. Contohnya seperti seorang
yang tidak mau menolong nenek-nenek yang mau menyeberang jalan, berarti
dia telah melewatkan kesempatan sedekah didepan mata. Padahal, itu
adalah sedekah dengan modal gratis. Atau misalnya, pelit senyumman
ketika bertemu orang yang ia kenal. Dalam riwayat lain, "senyum adalah
sedekah".(HR.Baihaqi)
7. SETIAP SENDI MANUSIA BERPOTENSI SEDEKAH.
Berikut
ini akan kita uraikan potensi-potensi lain yang bernilai sedekah
diantaranya : (1) mendamaikan orang yang bertikai; (2) menaikkan barang
orang keatas kendaraan; (3) menggunakan kata-kata yang baik; (4)
Melangkahkan kaki ke mesjid; (5) Membuat diri bermanfaat; (6) membantu
orang yang teraniaya; (7-8) melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar.
Untuk
menguatkan pernyataan diatas, segmen ini akan memberi penjelasan bahwa
ternyata setiap sendi manusia dan gerak gerik manusia berpotensi untuk
dimanfaatkan dijalan sedekah, seperti berbuat adil antara dua orang yang
bertikai. Jika tidak, pada saat itu dia telah melewatkan nilai sedekah,
walaupun dia telah membantu menyelesaikan masalah mereka. Membantu
orang naik ke pelana kudanya dan mengangkatkan barang seseorang juga
sedekah, hal yang sangat sederhana dan mudah dilakukan dan didapatkan.
Berkata-kata yang baik, menghilangkan duri dari jalan, berjalan ke
mesjid untuk berjamaah, semuanya jika dilakukan akan bernilai sedekah.
Hal ini yang sering luput dari perhatian dan pemahaman umat Islam.
Sementara, orang mungkin merasa kalau hal-hal diatas hanyalah rutinitas
yang mengandung pahala kecil saja. Tapi, ternyata dalam hadist Nabi
dinyatakan kalau itu bernilai sedekah.
"Abu
Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'setiap persendian
manusia berpotensi sedekah, disetiap hari dimana matahari terbit.
Mendamaikan dua orang yang bertikai adalah sedekah, membantu orang
menaikkan barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, menggunakan
kata-kata yang baik adalah sedekah, melangkahkan kaki menuju shalat
adalah sedekah, membuang duri dari jalan sedekah". (HR.Bukhari)
Aspek
ini mendukung aspek diatas bahwa untuk bersedekah sangat mudah dan
tidak memerlukan banyak biaya, sehingga tidak ada alasan bagi siapapun
untuk tidak bersedekah. Alangkah ruginya orang yang tidak memanfaatkan
potensi itu supaya bernilai sedekah dengan maksimal. Bahkan, tanpa
melakukan apapun seseorang bisa bersedekah tehadap dirinya sendiri yaitu
dengan menahan diri dari melakukan maksiat atau keburukan.
"Setiap
muslim diwajibkan bersedekah". Para sahabat bertanya, "jika dia tidak
punya uang apa yang harus disedekahkan"? Nabi menajwab, "lakukanlah
dengan tangannya, manfaatkan diri sendiri maka dia telah bersedekah".
Mereka bertanya,"jika dia tidak bisa melakukannya atau tidak
melakukannya"? Nabi berkata,'maka bantulah orang yang membutuhkan dan
teraniaya". Mereka bertanya,"kalau tidak bisa dilakukan"? Jawab Nabi,'
maka ber amar ma'ruf (mengajak kepada kebaikan). Kalau tidak, dia harus
menahan diri dari kejahatan, dan itupun termasuk sedekah".(HR.Bukhari)
8. MENYIA-NYIAKAN SEDEKAH KEPADA TAMU.
Tamu
adalah orang yang datang kerumah kita dengan sopan. Kita sebagai
sahibul bait kita harus menerimanya dengan sopan pula, menghormati dan
memuliakannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
"Saya
telah diberitahu oleh Jibril bahwa apabila ada tamu memasuki rumah
saudara sesama Islamnya, masuklah bersama tamu itu seribu berkah dan
seribu rahmat, juga diampuni dosa penghuni rumah itu oleh Allah walaupun
dosanya sebanyak buih laut dan sebanyak daun-daun pohon. Ia juga diberi
pahala seribu syahid dan untuk tiap-tiap suap yang dimakan oleh tamu
dicatat sebagai pahala haji mabrur dan umrah makbul, serta disediakan
baginya satu kota di surga. Barangsiapa menghormati seorang tamu, ia
seakan-akan menghormati tujuh puluh Nabi".
Sabda Nabi yang lain,"barangsiapa menafkahkan satu dirham untuk tamu, ia seakan menafkahkan seribu dirham dijalan Allah".
Keterangan-keterangan
diatas mengindikasikan pentingnya menghormati dan menjamu tamu, memberi
rasa nyaman kepada tamu, menanyakan keperluannya, mengajaknya berbicara
hal-hal yang positif, memberi nasihat atau saran jika ia membutuhkan,
meminjamkan uang jika ia butuh dan kita sedang lapang, menjadi
pemandunya jika ia baru dilingkungan kita. Semua hal diatas akan
bernilai sedekah jika dilakukan dan tamunya merasa senang atas itu.
Banyak
diantara kita yang hanya kuat menjamu tamu selama beberapa jam saja.
Selebihnya, kita sudah menganggap cukup dan penjamuan kita pun
mengendor. Tidak berdosa, hanya kita melewatkan banyak pahala, peluang
berbagai hal seperti doa malaikat selama ada tamu. Padahal Rasulullah
bersabda,
"Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia memuliakan
tamu. Waktu tenggang sehari semalam, batas pertamuan itu 3 hari, lebih
dari itu maka dihitung sedekah. Seorang tamu tidak boleh bermalam sampai
merepotkan".(HR.Bukhari)
jika
tamu tidak betah dirumah kita bagaimana mungkin ia akan bermalam sampai
3 hari. Sementara opsi sedekah baru ada jika lebih dari 3 hari. Oleh
sebab itu, jika penjamuan tidak baik maka sama saja kita menghilangkan
kesempatan sedekah pada hari ketiga.
9. MENUNDA TEMPO PEMBAYARAN UTANG PADA ORANG YANG
KESULITAN.
Upaya
yang paling banyak ditempuh oleh orang jika terhimpit kesulitan
finansial adalah dengan berutang, baik berutang ke bank, saudara, teman,
bahkan rentenir sekalipun. Orang berutang pastilah karena butuh.
Kebutuhan yang mendesak terpenuhi atau tidaknya, terkadang sangat
menentukan nasib seseorang. Bahkan menyangkut hidup matinya seseorang.
Diceritakan
bahwa ada kejadian yang karena tidak boleh kasbon oleh koperasi
kantornya, ibu seorang karyawan tidak tertolong dan meninggal karena
tidak sanggup menebus darah yang akan didonorkan.
Pada hadist Rasulullah SAW bersabda,
"Pada
malam ketika saya isra', saya melihat dipintu surga tertulis, pahala
sedekah 10x lipat dan pahala memberi utang 18x lipat. Lalu, saya
bertanya pada Jibril,"mengapa memberi utang lebih utama daripada
sedekah"? Jibril menjawab,"karena orang yang minta, meminta sesuatu yang
ia miliki, sedang yang meminjam tidak meminta kecuali karena
perlu".(HR.Ibnu Majah)
Sulaiman bin Buraidah meriwayatkan dari bapaknya bahwasannya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa
memberi tangguh utang fakir maka ia bersedekah setiap hari seperti yang
diutangkan". Setelah itu, aku berkata, "wahai Rasulullah, aku
mendengarkan Engkau berkata, "barangsiapa memberi tangguh utang maka ia
bersedekah setiap hari seperti yang diutangkan sebelum ia melunasi
utangnya". Nabi bersabda,"jika ia ingin melunasi utang lalu ia memberi
tangguh padanya maka ia bersedekah setiap hari seperti yang
diutangkan".(HR.Ahmad)
Dengan
demikian, benar bahwa menangguhkan tempo pembayaran utang adalah
sedekah yang Allah hitung dan balas pahalanya. Oleh sebab itu, jangan
sia-siakan pertolongan yang ringan itu, tapi pahala dan manfaatnya
berlipat-lipat Allah balas.
10. BERSEDEKAH ATAS NAMA ORANG YANG MENINGGAL.
Banyak
orang bertanya bagaimana pahala orang yang bersedekah atas nama orang
yang sudah meninggal. Karena, banyak sekali orangtua bersedekah atas
nama anaknya yang sudah meninggal. Banyak anak yang bersedekah atas nama
orangtuanya yang sudah meninggal. Banyak orang bersedekah atas nama
istri atau suami yang sudah meninggal.
"Dari
Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi,'Sesungguhnya
bapak saya sudah meninggal dan meninggalkan harta dan tidak mewasiatkan
apa-apa. Apakah pahala sampai jika aku bersedekah atas namanya? Nabi
menjawab,'ya".(HR.Muslim)
Ada
cerita yang setidaknya menambah pembuktian kita terhadap hadist diatas.
Cerita ini saya kutip dari buku Dahsyatnya Sedekah karangan Akhmad
Sangid yang beliau kutip dari kitab 'Usfuriyah, hadist ke 15 sebagai
berikut.
Dalam
cerita Tsabit Al-Banani, bahwasannya ia berziarah ke beberapa makam
pada setiap malam jumat dan bermunajat kepada Allah sampai subuh. Dalam
munajatnya, Tsabit Al-Banani tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi bahwa
ahli kubur keluar dari kuburan mereka dengan mengenakan pakaian yang
abgus-bagus dan wajah yang berseri-seri. Setiap mereka mendapatkan
makanan yang beraneka ragam. Diantara mereka ternyata ada seorang pemuda
yang berwajah pucat, rambutnya awut-awutan (amburadul), hatinya susah,
pakaiannya lusuh, kepalanya tertunduk, matanya mengeluarkan airmata, dan
ia tidak mendapatkan makanan seperti yang lainnya. Ahli kubur tersebut
kembali ke kubur mereka masing-masing dengan perasaan gembira, sementara
si pemuda kembali ke kuburannya dengan perasaan putus asa.
Melihat
keadaan pemuda tersebut Tsabit bertanya,"wahai pemuda, sebenarnya siapa
kamu diantara mereka? Mereka mendapatkan makanan dan kembali ke kuburan
mereka masing-masing dengan penuh bahagia, sedangkan kamu tidak
mendapatkan makanan dan kembali ke kuburanmu dnegan putus asa. Keadaanmu
memprihatinkan".
Pemuda
itu menjawab,"wahai pemimpin orang Islam, sesungguhnya aku adalah orang
yang asing diantara mereka. Tidak ada orang yang berbuat kebajikan
untukku dan mendoakanku, sedangkan mereka mempunyai anak-anak, kerabat,
dan teman yang mau berbuat kebajikan untuk mereka dengan doa, sedekah
pada setiap malam jumat yang mana amal kebajiikan dan pahala dari
sedekah itu sampai kepada mereka. Sedangkan saya, adalah seorang
laki-laki yang akan pergi haji dan saya mempunyai seorang ibu, maka saya
dan ibu saya bermaksud untuk berhaji. Ketika kami sampai ditempat ini,
hukum Allah terjadi atas diriku yaitu saya meninggal dunia. Maka ibuku
menguburkanku ditempat ini, lalu ibuku menikah dengan seorang laki-laki
dan ia melupakanku, tidak mendoakan dan bersedekah untukku. Karena
itulah, saya berputus asa setiap waktu dan masa".
Mendengar
penjelasan dari pemuda tersebut, Tsabit Al-Banani berkata,"wahai
pemuda, beritahulah saya dimana tempat ibumu. Saya akan menginformasikan
kepada ibumu tentang keadaanmu". Pemuda itu berkata,"ibuku berada
didesa begini dan rumah begini, beritahukan pada ibuku. Jika ia tidak
percaya maka katakanlah kepadanya, sesungguhnya dikantongmu ada 100
mitsqal warisan dari ayah anakmu, uang itu adalah haknya. Setelah engkau
mengatakan hal ini, pasti ibuku akan merasa percaya dengan tanda
tersebut".
Setelah
itu Tsabit bertemu dengan ibunya, menceritakan apa yang menjadi perihal
anaknya dan menceritakan peninggalan bapaknya yang berada dalam kantong
bajunya. Setelah ibu pemuda itu mendengar keterangan dari Tsabit,
seketika ia pingsan. Setelah sadarkan diri, ia menyerahkan uang 100
mitsqal kepada Tsabit agar ia mewakili untuk bersedekah yang ditujukan
untuk anaknya yang mengembara itu. Uang 100 mitsqal tersebut dibawa
Tsabit lalu disedekahkan yang pahala dari sedekah tersebut ditujukan
kepada anak ibu itu.
Pada
malam selanjutnya, Tsabit pergi ke kuburan untuk menziarahi
teman-temannya. Dalam ziarah itu, Tsabit tertidur dan bermimpi seperti
mimpinya yang pertama. Tsabit melihat pemuda itu sudah mengenakan
pakaian yang bagus, dan muka yang berseri-seri serta bahagia dan
berkata, "Rahimakumullah kama rahimtani" (mudah-mudahan Allah
mengasihimu sebagaimana engkau mengasihiku).
Di kutip dari bukunya "Reza Pahlevi Dalimunthe Lc, M.Ag"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar