Kelalaian-kelalaian
pasca bersedekah adalah kelalaian yang berpengaruh pada percepatan
balasan yang dijanjikan Allah. Seorang yang sedekahnya tidak memberi
pengaruh terhadap dirinya untuk terus berbenah diri menuju perilaku dan
muruah yang benar, akan berpengaruh besar terhadap balasan atau ganjaran
yang dijanjikan Allah. Untuk itu, sangat penting bagi seorang yang
bersedekah untuk melihat sejauh mana pengaruh itu telah mewarnai dirinya
lewat pesan nilai sedekah. Berikut ini beberapa aspek yang perlu
diverifikasi pemberi sedekah pasca bersedekah, agar balasan cepat datang
dan memberi tuntunan untuk terus berlaku benar.
1. TIDAK SILATURAHIM SETELAH BERSEDEKAH.
Satu
hal yang luput dari perhatian seorang pemberi setelah bersedekah yaitu
keluar rumah menyebar dibumi Allah, atau dalam bahasa agamanya adalah
silaturahmi.Kalau dalam bahasa sosialnya, adalah keluar mencari
aktivitas baik bekerja, bertamu, ke mesjid, ke pasar, ke pertemuan, ke
undangan, atau keperluan lain. Yang penting keluar rumah melakukan
aktivitas positif. Aktivitas positif maksudnya adalah melakukan hal-hal
yang bermanfaat.
Yang
bisa dipahami adalah "keluar mencari aktivitas positif" adalah untuk
menjemput sebab, faktor, jalan, dan perantara Allah membalas sedekah
yang telah diberikan. Bersedekah pada dasarnya adalah memiutangi Allah
dengan harapan Allah akan membayar dengan berlipat ganda, sesuai dengan
janji Allah dalam Al-Qur'an.Sikap seorang muslim sangat keliru jika
berdiam diri seolah-olah meyakini bahwa pasca sedekah, Allah akan
mengirim malaikat atau mengirim orang datang kerumahnya mengantarkan
balasan sedekah. Setelah bersedekah, seseorang harusnya lebih giat lagi
dalam mengerjakan rutinitasnya, lupakan ganjaran sedekah, lakukan
aktivitas secara maksimal, biarkan Allah yang mengatur bagaimana caranya
mendatangkan ganjaran sedekah kepadamu. Tentunya melalui aktivitas
itulah yang menjadi sebab dan perantara atau perpanjangan tangan Allah
dalam menyampaikan balasan dan ganjaran. Perhatikan kisah Ali berikut
ini.
Sahabat
Ali berkata kepada Fatimah, "Wahai wanita yang mulia, apakah kau
mempunyai sesuatu makanan untuk diberikan pada suamimu?" Fatimah
menjawab, "Demi Allah, saya tidak mempunyai sesuatu apapun, kecuali ada 6
dirham yang diberikan oleh Salman kepadaku sebagai ongkos memintal
bulu, dan itu akan saya gunakan untuk membeli makanan buat Hasan dan
Husain". Ali berkata kepada Fatimah, "Wahai wanita yang mulia, berikan 6
dirham tersebut kepada suaminya yaitu Ali. Maka Ali langsung keluar
untuk membeli makanan.
Ditengah
perjalanannya, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang laki-laki yang
sedang berdiri seraya berkata, "siapa yang mau mengutangi Allah yang
maha menguasai dan maha menepati janji"? Ali mendekat dan ia memberikan 6
dirham itu kepada laki-laki tadi itu. Ia pulang dengan kedua tangan
yang kosong. Ketika Fatimah melihat suaminya Ali, dengan kedua tangan
yang kosong maka ia menangis. Ali berkata kepadanya, "Wahai wanita yang
mulia, mengapa engkau menangis?" Fatimah menjawab, "Wahai putra paman
Rasulullah, saya melihat engkau dengan tangan kosong". Ali berkata
kepada Fatimah, "Wahai wanita yang mulia, saya mengutangkan 6 dirham itu
kepada Allah". Fatimah berkata, "engkau benar-benar telah ditolong".
Kemudian
Ali keluar untuk bertemu Nabi SAW. Tiba-tiba ia bertemu dengan seorang
badui sedang menuntun unta. Ali mendekat kepadanya dan badui itu
berkata, wahai ayah Hasan, belilah unta milikku ini". Ali berkata, "aku
tidak mempunyai apa-apa". Orang badui itu berkata, "aku jual unta ini
kepadamu dengan pembayaran diakhirkan atgau ditunda". Dengan harga
berapa kamu jual"? Badui menjawab 100 dirham". Ali berkata lagi,
"Baiklah, aku membelinya". Kemudian ditengah perjalanan Ali bertemu
dengan seorang badui yang lain dan badui itu berkata, "Wahai ayah Hasan,
apakah engkau ingin menjual unta ini"? Ali menjawab, "ya, aku akan
menjualnya". Si badui berkata, "kalau begitu, aku akan membelinya dengan
harga 300 dirham kontan". Kemudian Ali memegang tali unta itu dan ia
menyerahkannya kepada orang badui tersebut. Setelah itu Ali pulang
kerumah untuk menemui istrinya yaitu Fatimah.
Ketika
Fatimah melihat kedatangan Ali, ia tersenyum kemudian berkata, "Apakah
ini, wahai Abu Hasan?" Ali menjawab, "Wahai putri Rasulullah, aku telah
membeli unta seharga seratus dirham dengan pembayaran ditangguhkan, dan
aku menjualnya dengan harga tiga ratus dirham kontan". Fatimah berkata,
"Engkau benar-benar ditolong". Kemudian Ali keluar meninggalkan Fatimah
untuk bertemu Nabi SAW. Ketika Ali telah memasuki pintu mesjid, Nabi
melihatnya dan tersenyum. Ketika sampai dihadapan Nabi dan ia
menyampaikan salam kepadanya, Nabi berkata, "wahai Ayah Hasan, apakah
engkau menginformasikan sesuatu kepadaku atau aku yang memberi kabar
kepadamu?" Ali menjawab, "Wahai Rasulullah, sebaiknya engkau yang
memberi kabar kepadaku". Rasulullah berkata, "Wahai ayah Hasan, apakah
engkau mengetahui seorang Badui yang menjual unta kepadamu dan seorang
Badui yang membeli unta darimu?" Ali menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang
lebih mengetahui". Nabi SAW bersabda, "Kebahagiaan bagimu, sungguh
engkau beruntung, beruntung wahai Ali. Kamu telah mengutangi Allah enam
dirham, kemudian Allah memberikan kepadamu tiga ratus dirham sebagai
ganti dari setiap dirham dengan lima puluh dirham. Seorang Badui yang
pertama adalah malaikat Jibril dan seorang Badui yang kedua adalah
malaikat israfil".
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa yang pertama adalah malaikat Jibril dan yang kedua adalah malaikat Israfil.
2. BANYAK BERGUNJING.
Bergunjing
dalam bahasa Arab atau agama dikenal dengan Ghibah. Ghibah adalah
perkara atau masalah seseorang yang tidak dibicarakan kecuali kalau dia
sudah tidak ada. Atau, membicarakan aib seseorang dibelakangnya dan
berpengaruh jelek kepadanya. Ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang hal
ini adalah QS.Al-Qur'an[49]:12
"Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima tobat lagi maha
penyayang".
Ayat
ini mengumpamakan orang yang bergunjing atau bergosip dengan seseorang
yang memakan daging saudaranya sendiri, sementara siapapun tidak ada
yang suka kalau dagingnya dimakan. Perumpamaan ini bermakna bahwa gosip
itu membawa kepada kezaliman seseorang kepada orang lain. Perbuatan
zalim berakibat membawa kepada redupnya cahaya hidayah dan kasih sayang
Allah. Hilangnya cahaya menjauhkan diri seseorang dari pertolongan
Allah. Bagaimana mungkin kebenaran yang menjadi nilai sedekah akan
kelihatan dan berbuah ganjaran dari Allah kalau sinyalnya tidak
nyambung.
Bisa
disimpulkan kalau pemberi sedekah mewarnai hidupnya dengan ghibah dan
sejenisnya pasca bersedekah maka sama saja dia telah menggadaikan pahala
sedekahnya untuk membayar dan menutupi dosa ghibah dan yang lainnya.
Kalau begitu keadaannya maka masuk akal kalau banyak orang yang
bersedekah tidak kunjung merasakan pelipatgandaan yang dijanjikan dalam
Al-Qur'an.
Oleh
karena itu, perlu diperhatikan kalau ingin sedekah kita berbuah seperti
apa yang dijanjikann (dibalas berlipat-lipat, menyembuhkan penyakit,
dan menolak musibah). Maka, perhatikan dengan benar kita telah terhindar
dari ghibah, namimah, hasud dan lain-lainnya.
Di kutip dari bukunya "Reza Pahlevi Dalimunthe Lc, M.Ag"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar