Kamis, 29 November 2012

KEKELIRUAN PADA NIAT (MOTIVASI) SEDEKAH

1. KARENA RI'YA


Motivasi sedekah haruslah karena Allah. Sebagian orang memberi sedekah, tetapi motivasinya adalah karena ri'ya atau mengharap pamrih dari orang yang diberi sedekah atau orang lain yang menyaksikan serah terima sedekah. Orang yang pamrih tidak wajar mendapatkan ganjaran dari Allah SWT, karena dia mengharap upah dari orang lain. Seyogyanya sedekah adalah tindakan yang ganjarannya dari Allah. Dengan riya dia mengalihkan pamrihnya kepada orang yang tidak berhak memberi upah. Perumpamaan riya digambarkan oleh Allah pada QS.Al-Baqarah[2]:264 :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia".


Ayat ini menegaskan bahwa mereka ini tidak mendapat manfaat didunia dari usaha-usaha mereka (sedekah) dan tidak pula mendapat pahala di akhirat. Ada 2 kerugian yang diderita oleh seseorang yang motivasi sedekahnya bercampur dengan riya, yaitu pertama harta yang dia sedekahkan terbuang sia-sia. Artinya tadinya dia memiliki modal tapi setelah dia sedekahkan modal itu hilang dengan sia-sia karena tidak akan kembali. Kedua, ganjaran yang seharusnya ada, lenyap dengan motivasi riya dalam hatinya. Allah bermaksud melipatgandakannya, tetapi dia sendiri yang melakukan sesuatu yang mengakibatkannya hilang.



          2. TIDAK BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI AKHIRAT.


Perlu diperhatikan bahwa untuk mencapai ganjaran 10-700x lipat atau lebih, sebagaimana ditegaskan dalam QS.Al-baqarah[2]:261, seseorang tidak hanya terfokus pada pemberian sedekahnya saja. Tetapi, faktor subjektifnya (pemberinya) juga harus diperbaiki. Seseorang akan cepat diganjar oleh Allah jika si pelaku mempunyai tingkat keimanan dan kepercayaan kepada Allah yang tinggi.


Semakin tinggi keimanan dan kepercayaan, maka semakin tinggi ganjaran, juga semakin cepat datangnya ganjaran. Kekeliruan sementara orang adalah terfokus pada objek sedekah, yaitu banyak tidaknya materi yang diberikan. Bahkan, seseorang terkadang bersedekah, diluar itu dia tetap korupsi, tetap maksiat.


"Dan dia tidak beriman kepada Allah dan dihari kemudian. Maka,perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir".


Seharusnya sedekah membuat seseorang menjadi lebih kuat keimanannya kepada Allah. Membuat lebih yakin bahwa ganjaran Allah tidak hanya didunia, tapi juga diakhirat. Sehingga, pamrih-pamrih yang muncul dalam hati bisa terhapus perlahan-lahan, hingga seseorang tidak perlu menunggu-nunggu kapan balasan dan ganjaran datang, karena ia sudah yakin bahwa kalau tidak didunia, tentunya diakhirat pasti dibalas.



          3. KARENA SELAIN ALLAH.


Berbeda dengan riya, ada juga orang yang bersedekah karena selain Allah. Kalau riya motivasinya mengharap pujian dari orang lain, sementara ini motivasinya bukan untuk ibadah kepada Allah. Misalnya, karena semua orang pada kesempatan tertentu memberi, dia yang sejatinya tidak bermaksud memberi, karena tidak enak dengan orang-orang, ia terpaksa memberi. Sedekah seperti ini bisa dikategorikan sedekah karena selain Allah. Oleh karena itu, rusak nilai sedekah karena motivasi seperti ini.





          4. TIDAK MENGHARAP RIDHA ALLAH(TUJUANNYA PEMBERIAN SEDEKAH).
Tujuan pemberian sedekah hendaklah guna memperoleh ridha Allah SWT, yang mantap, berulang-ulang, dan berkesinambungan. Untuk mencapai kategori pencapaian manfaat sedekah yang mantab, seorang muslim yang bersedekah haruslah memerhatikan aspek ini. Kalau tidak, maka sedekah yang diberikan tetap mendapat ganjaran dari Allah sebagaimana disebutkan pada QS.Al-baqarah[2]:261 yaitu perumpamaan sebutir benih yang berlipat sampai 700x lipat. Namun, tidak dijelaskan tujuan terjauh dari bersedekah itu. Maka untuk tingkatan bersedekah yang lebih tinggi, seorang muslim harus menanamkan motivasi mengharap ridha Allah ini. Mari kita lihat ayat berikut, QS.Al-baqarah[2]:265 :

"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah".



Jika aspek ini ditanamkan dalam hati seorang yang bersedekah, maka dia akan mendapatkan manfaat sedekah yang berkesinambungan bahkan sampai akhirat. Berbeda dengan orang yang bersedekah tapi aspek pengharapan ridha Allah ini tidak tertanam, tentunya tetap akan dibalas namun perumpamaannya adalah bersifat temporal. Yakni, aspek ini mengarah kepada efek yang berkesinambungan.




          5. KETEGUHAN JIWA.


Pada tingkatan sedekah level tinggi, seseorang juga dituntut sudah sampai pada segmen untuk 'keteguhan jiwa'. Aspek ini merupakan tujuan kedua setelah "mengharap ridha Allah" yang merupakan aspek sedekah yang lebih tinggi. Maka kalau dua aspek ini terpenuhi, si pemberi sedekah telah mencapai level diatas sedekah tingkat biasa. Allah SWT berfirman dalam QS.Al-Baqarah[2]:265 :

"Dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak didataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, hujan gerimis pun memadai. Dan Allah maha melihat apa yang kamu perbuat". 



Sedekah yang baik, lambat laun harus membuat pelakunya bisa menata diri, menguasai hawa nafsu, dan pengukuhan jiwa. Harta terutama uang memiliki magnet yang tinggi dalam memengaruhi jiwa dan diri setiap manusia. Sedekah berkaitan erat salah satunya dengan merelakan harta termasuk uang yang sudah dicari dengan susah payah dan persaingan yang ketat. Kemudian dituntut dengan suka rela untuk dikeluarkan secara cuma-cuma kepada orang lain. Kita semua sepakat kalau hampir semua orang rela melakukan hal yang ekstrem sekalipun demi uang. Hal ini membutuhkan kesadaran jiwa yang tinggi. Pada segmen ini, seseorang yang sudah sampai pada keteguhan jiwa ketika bermaksud mengeluarkan sedekah maka ini sangat luar biasa.





          6. MENUNDA-NUNDA SEDEKAH.


Menunda-nunda penyerahan dan pelaksanaan sedekah juga merupakan kesalahan yang sering menyelimuti orang-orang yang bersedekah. Penundaan merupakan indikasi ketidakikhlasan, ketidaktulusan, ketidakteguhan jiwa, ada rasa takut miskin, dan kurang teguhnya keimanan sehingga tejadi keraguan yang mengakibatkan penundaan. Sebaiknya ketika seseorang mempunyai keinginan untuk bersedekah, hendaknya ia segera mendistribusikannya tanpa berfikir banyak lagi. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh  Bukharimenyebutkan :

"Haritsah bin Wahab berkata,'saya mendengar Rasulullah bersabda,"Bersedekahlah!" Sesungguhnya akan datang suatu zaman kepadamu dimana seseorang membawa sedekahnya, namun dia tak menemukan seorangpun yang mau menerimanya. Orang itu berkata,'kalau kamu datang kemarin, mungkin aku akan menerimanya, tetapi hari ini aku tidak sedang membutuhkannya".


Pada sisi lain, sebenarnya opsi ini bisa menjadi tips latihan untuk mengasah keikhlasan dalam bersedekah. Yaitu, ketika seseorang berniat bersedekah dia langsung memberikannya kemudian hendaklah dia langsung melupakannya.





          7. TIDAK TULUS.


Ketulusan dalam menafkahkan harta atau menyedekahkannya dijalan Allah akan menumbuhkan rasa aman bagi si pemberi menyangkut rezekinya dimasa depan. Dia tidak ragu dan merasa takut dalam memberi sedekah, dan dia juga tidak takut miskin atau kekurangan harta maupun kebahagiaan dan kemudahan dimasa depan. Sementara, sedekah yang tidak tulus akan menghalangi semua kebahagiaan dan ganjaran yang dijanjikan. Dalam QS.At-Taubah:79 dijelaskan :

"Orang-orang munafik itu yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya, orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih".


Ayat ini turun sebagai respon terhadap sikap penghinaan dari orang munafik tehadap kaum muslimin. Kalau sedekahnya banyak, mereka katakan dia riya. Dan kalau sedikit, mereka katakan "telalu sedikit untuk Allah" sehingga tidak berarti bagi Allah. Hadits berikut merupakan asbabun nuzul dari ayat diatas :

"Abu Mas'ud ra berkata,"tatkala ayat sedekah turun, kami mengamalkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Salah seorang sahabat bersedekah dengan banyak sekali, kemudian orang munafik berkata,'mereka melakukannya dengan riya'. Dan salah seorang sahabat lainnya bersedekah dengan semampunya (sedikit). Mereka orang munafik mengatakan,'sesungguhnya Allah terlalu kaya untuk menerima sedekah yang sedikit itu. Oleh karena itu, turunlah ayat diatas". HR.Bukhari.





          8. TAKUT MISKIN KETIKA BERSEDEKAH.


Tidak jarang seseorang yang bersedekah atau yang akan bersedekah mendapat bisikan dalam hatinya,baik dari dalam dirinya atau dari orang lain, yang menganjurkannya untuk tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak memberi. Hal itu dengan alasan untuk memperoleh rasa aman dalam bidang materi menyangkut masa depan diri dan keluarganya dimasa mendatang. Sering bisikan ini mengakibatkan seseorang tidak jadi bersedekah atau mengurangi jumlah materi yang akan disedekahkan.


Yang paling berperan dalam membisikkan rasa takut akan kemiskinan dalam bersedekah adalah setan. Setan sering membisikkan dalam hati manusia,"jangan bersedekah, jangan menyumbang, hartamu akan berkurang, padahal engkau memerlukan harta itu. Jika kamu menyumbang, kamu akan terpuruk dalam kemiskinan".


Perhatikan ayat berikut, QS Al-baqarah:268 :

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui".



Imbas dari tergodanya seseorang akan gangguan setan dalam bersedekah adalah kikir, disamping dia tidak akan tulus dalam bersedekah. Siapa yang takut miskin, dia pasti kikir. Karena, ketakutan itu akan mengarakan tindakan kepada menumpuk harta sebagai persiapan. Seorang yang kikir apalagi dia memiliki kelebihan harta, kekikirannya akan membuahkan dengki dan iri hati. Dengan sifat ini maka setan akan mendorong untuk melakukan aneka kejahatan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan dan sebagainya. Disisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus dan pada gilirannya menjadi lahan yang subur bagi setan untuk mengantar kepada aneka kejahatan.




          9. TIDAK MEMBUAT NIAT SEDEKAH LEBIH SPESIFIK.


Niat sedekah pada satu sisi menentukan hasil yang akan dicapai dari sedekah itu sendiri. Pada umumnya, orang hanya tahu kalau sedekah itu bertujuan untuk membantu orang yang dianggap membutuhkan, kemudian pemberinya berkeyakinan dalam hatinya bahwa sedekah itu akan memberi keuntungan materi dengan sedekah tersebut. Jika kita perhatikan hadist-hadist Nabi yang membicarakan tentang sedekah maka dapat kita pahami bahwa sedekah juga memberi manfaat untuk solusi-solusi permasalahan tertentu seperti penyembuhan penyakit, penolak bala, pemancing diberikannya keturunan, memperpanjang umur, tehindar dari mati mengenaskan, dan menghilangkan sifat sombong dan angkuh. Lebih jelasnya kita lihat hadist-hadist tersebut dan beberapa kisah orang yang berhasil dalam pengamalan sedekah.




         10. TIDAK BERNIAT UNTUK KESEMBUHAN KETIKA SAKIT.


Jika sedekah diniatkan untuk kesembuhan sebuah penyakit maka manfaat sedekah akan mengarah pada kesembuhan tersebut. Yang sering dilakukan oleh seorang muslim adalah ketika bersedekah ia tidak tekadkan niat dalam hatinya motivasi tertentu yang ia harapkan dari sedekah yang ia keluarkan.


Jika anda ingin disembuhkan dari penyakit maka spesifikkan motivasi dan niat anda pada penyakit itu sendiri. Rasulullah mengatakan dalam hadist beliau :

"Peliharalah hartamu dengan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah, dan tolaklah bala dengan do'a. HR.Ath-Thabrani.



Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh dan diperhatikan oleh seorang yang ingin sembuh dari penyakitnya ketika bersedekah. Berikut ini adalah penjelasannya.



1. Menghadirkan tekad yang kuat untuk sembuh dari penyakitnya saat bersedekah.


2. Jika anda sedang kaya maka jadilah seorang dermawan yang murah hati dan berlebih dalam mengeluarkan sedekah.


3. Jadikan sedekah anda benar-benar ikhlas karena Allah.


4. Carilah calon penerima sedekah adalah orang yang sangat butuh, saleh, dan takwa kepada Allah.


5. Perbaiki prasangka anda terhadap Allah yang maha penyembuh dan posisikan diri anda dengan keyakinan yang kuat bahwa Allah pasti akan menyembuhkan penyakit anda.


6. Jika anda tidak sembuh juga maka ulangilah sedekah anda dengan niat yang sama.


7. Jika tidak sembuh juga maka introspeksilah diri anda dan ke depan hindarilah semaksimal mungkin perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat temasuk maksiat hati yang tidak bisa dihindari oleh setiap orang.


8. Bersedekahlah dengan harta atau sesuatu yang baik, halal dan tentunya merupakan barang milik sendiri.


Kedelapan langkah ini jika diikuti dengan semaksimal mungkin, dengan izin Allah kesembuhan akan cepat diraih. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak kisah. Banyak diantara mereka sembuh dengan sedekah. Salah satu contohnya adalah kisah berikut ini.


Imam Al-Baihaqi mengisahkan tentang salah satu gurunya Al-Hakim Abu Abdullah yang ditimpa penyakit eksim diwajahnya. Penyakit ini belum sembuh sudah hampir setahun. Beliau sudah berobat dengan berbagai obat namun tak kunjung sembuh. Kemudian, beliau meminta Imam Abu Usman Al-Shabuni untuk mendoakannya di pengajian jumatnya. Sang Imam mendoakan dan semua jamaah mengaminkannya. Pengajian jumat berikutnya disampaikan bahwa seorang ibu yang miskin ketika mendengarkan doa pada minggu lalu, beliau kembali kerumahnya dan berdoa semalam suntuk dengan penuh kekhusyukan untuk kesembuhan Al-Hakim Abu Abdillah. Dalam munajatnya, ia tertidur dan melihat Rasul dalam mimpinya. Rasul berpesan dalam mimpi itu dan berkata,"katakan kepada Abu Abdullah untuk membuat sarana air minum untuk kaum muslimin". Kemudian, ibu itu menyampaikan pesan Rasul kepada Ustadz Abu Al-Shabuni. Al-Hakim pun melaksanakan saran tersebut dengan membangun sarana air minum umum didepan rumahnya. Beliau menggali sumur didepan rumahnya, dan siapapun yang kehausan boleh mengambil minuman disana. Hanya berselang seminggu, Allah sembuhkan penyakitnya dan wajahnya kembali mulus sebagaimana sediakala.


Kita belajar dari kisah ini bahwa Allah lah yang menurunkan penyakit dan Allah pulalah yang menyembuhkannya. Hal ini akan terjadi jika kita yakini dan turuti sesuai dengan prosedur yang Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Interaksi sosial memberi manfaat kepada orang lain, banyak sharing hal-hal yang baik dengan orang yang baik akan mengantarkan kita kepada kesembuhan dan kemuliaan.




         11. (KESALAHAN PADA PENERIMA)
             TIDAK BERSEDEKAH PADA BINATANG ATAU MAKHLUK ALLAH
             YANG LAIN.


Sebagian kaum muslim lupa kalau sedekah tidak hanya kepada sesama manusia. Jika kita perhatikan nash hadist, kita temukan bahwa Rasul menyampaikan ada potensi ibadah pada tumbuhan dan binatang. Rasulullah bersabda,"Pada setiap hati dan tanaman berpotensi pahala". HR.Bukhari.


Pertanyaan sahabat ini muncul dan diabadikan dalam hadist. Pada saat itu, ada seseorang yang sedang dalam perjalanan. Ia merasa sangat kehausan, lalu ia menemukan sebuah sumur, ia kesana dan melepaskan dahaganya dengan air sumur tersebut. Kemudian, ia beranjak dan di dekat sumur itu ada seekor anjing yang terengah-engah kehausan dan menjilati tanah yang basah karena kehausan. Orang tersebut berkata dalam hatinya,"pastilah anjing ini sedang sangat kehausan seperti yang aku rasakan". Ia lalu kembali ke sumur dan mengisi lekukan telapak tangannya dengan air dan diberinya minum anjing tersebut. Karena itu, Allah mencatat kebaikannya dan mengampuninya.




         12. TIDAK BERNIAT UNTUK DIBERI KETURUNAN.


Keturunan adalah rezeki dari Allah SWT, dan hanya Allah yang bisa memberikannya. Sedekah adalah ibadah yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dengan janji dan ganjaran rezeki yang berlipat, bahkan dikatakan 10-700x lipat ganjaran bagi mereka yang dengan ikhlas mengeluarkan sedekah. Hal ini dibuktikan oleh seorang ibu mandul yang hamil kembar setelah bersedekah.


Seorang perempuan yang divonis mandul oleh dokter. Para dokter sudah angkat tangan dan putus asa akan adanya kemungkinan hamil bagi perempuan tersebut dan dikatakan bahwa tidak ada obatnya lagi. Kemudian, ia bersedekah atas ilham dari Allah SWT maka ia bersedekah kepada seorang ibu yang fakir. Setelah memberi sedekah, ia tidak lupa untuk meminta doa kepada ibu tersebut untuk didoakan agar mendapat keturunan yang saleh. Setelah berselang 3 bulan dari waktu bersedekah, ia dirahmati Allah dengan kehamilan anak laki-laki kembar dalam perutnya.


Subhanallah, cerita diatas mengajarkan kita bahwa ibu tersebut mendapat dua sisi ganjaran yang Allah berikan sekaligus, yaitu diberi rezeki dengan hamilnya ia setelah bersedekah. Kemudian, Allah sembuhkan penyakit mandulnya setelah bersedekah pula.





         13-17. TIDAK BERNIAT MEMPERPANJANG UMUR,TERHINDAR DARI 
                MATI MENGENASKAN,MENGHILANGKAN SIFAT SOMBONG,DAN 
                ANGKUH TIDAK BERNIAT UNTUK MENOLAK BALA.


Diantara harapan yang sering diutarakan oleh manusia adalah mempunyai umur yang panjang, terhindar dari mati mengenaskan. Dalam beberapa nash Al-Qur'an dan hadist disebutkan bahwa sedekah merupakan salah satu penawarnya. Merupakan kekeliruan jika kita tidak menyadari hal tersebut. Jika hal ini disadari tentunya akan sangat mumpuni untuk meningkatkan motivasi bersedekah dikalangan kaum muslim.


Jika anda menyadari betapa umur bertambah kalau banyak bersedekah, anda tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan sedekah kapanpun, dimanapun, dan pada siapapun. Walaupun sebenarnya ulama berbeda pendapat pada hadist yang menyatakan :

"Sesunngguhnya sedekah seorang muslim itu menambah umur, mencegah mati mengenaskan, dan menghilangkan sifat sombong dan angkuh". HR. Ath-Thabrani.


Sebagian ulama menyatakan bahwa pengertian dipanjangkan umur disitu adalah semakin banyak manfaat kita dimata manusia. Sebagian yang lain menyatakan namanya dikenang baik oleh masyarakat semakin lama.


Hadist diatas juga sekaligus menerangkan bahwa sedekah bermanfaat untuk menghindari diri dari mati mengenaskan, dan menghilangkan sifat sombong dan angkuh. Ketiga keadaan ini merupakan sifat dan keadaan yang tidak diharapkan oleh siapapun baik muslim, maupun non muslim, baik saleh atau tidak. Dengan demikian, merupakan kekeliruan tidak memanfaat sedekah sepanjang hidup kita, karena manfaatnya begitu besar dan luas. Begitu luasnya manfaat sedekah sampai-sampai Rasul mengatakan bahwa sedekah juga bisa menolak bala. Perhatikan beberapa nash dibawah ini :


"Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". QS. Asy-syura[42]:30.


"Seseorang berpotensi kena fitnah oleh keluarganya, harta, diri, anak dan tetangganya. Semua itu bisa ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, amar ma'ruf dan nahi munkar". HR.Bukhari & Muslim.





         18. TIDAK MENSYUKURI NIKMAT PADA MOMEN YANG TEPAT.


Setiap muslim dituntut untuk mengajak kepada agama Allah, walaupun kemampuan yang dimiliki hanya sebatas mengajak diri sendiri.


"Sampaikanlah walau hanya satu ayat. Kamu boleh membicarakan tentang Bani Israil dan itu tidak salah. Barangsiapa yang dengan sengaja berbohong atas namaku maka ia telah memesan tempat dineraka". HR.Bukhari.


Hadist ini mengarahkan kita untuk menyampaikan sebuah kebaikan kepada siapapun yang diyakini bermanfaat bagi orang yang mendengar penyampaian tersebut. Sedekah juga bisa disampaikan dan diceritakan pada saat-saat yang diyakini bisa memotivasi orang lain melakukan kebaikan, khususnya bersedekah. Namun, bila diyakini perasaan riya atau kesalahan lain diatas dirasa lebih dominan maka tidak menyampaikan dan tidak menceritakan menjadi pilihan yang lebih baik. Allah berfirman :

"Terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu ceritakanlah". QS.Adh-Dhuha[93]:11.



Ayat ini menjelaskan izin menceritakan sedekah untuk motivasi positif tertentu. Sebuah kekeliruan jika kita tidak menceritakan padahal bisa memotivasi orang yang mendengar menjadi terinspirasi.


"Siapa yang tidak bersyukur sedikit maka tidak bersyukur banyak. Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Bertahaddus dengan nikmat Allah adalah rasa syukur, tidak melakukannya adalah rasa kufur. Kebersamaan (al-jama'ah) itu keberkahan dan perpecahan itu azab". HR.Ahmad.



Di kutip dari bukunya "Reza Pahlevi Dalimunthe Lc, M.Ag" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar