Kamis, 29 November 2012

KELALAIAN TIDAK BERSEDEKAH PADA WAKTU-WAKTU YANG AFDHAL

Ada waktu-waktu tertentu yang dianjurkan oleh agama untuk bersedekah. Hal ini terkadang luput dari perhatian kita umat Islam. Padahal sangat tidak mungkin jika syariat menganjurkan sesuatu tanpa ada hikmah atau nilai yang signifikan dibalik anjuran itu. Hal ini sejalan dengan diutusnya Rasul dengan keutamaan bahwa beliau diberi kelebihan sebagai seorang yang "Jami'Al-Kalim". "Jami'Al-Kalim" adalah memiliki bahasa yang singkat namun dalam maknanya. Dengan demikian, Rasulullah itu selalu mengucapkan sesuatu yang mengandung maksud dan tujuan, bahkan membutuhkan pemahaman mendalam dan konprehensip.


Mari, kita lihat beberapa waktu yang dianjurkan oleh Rasul sebagai waktu afdhaliah untuk bersedekah agar kita lebih efektif dalam mengeluarkan dan mendistribusikan sedekah kita. Tentunya waktu-waktu yang akan diutarakan berikut tidak akan menggugurkan pernyataan diawal bahwa sedekah itu tidak ada batasan waktunya. Yang dimaksud batasan pada pembahasan ini adalah waktu afdhaliah-nya (waktu yang dianjurkan dan lebih utamanya).




          1. TIDAK BERSEDEKAH PADA KALA SEHAT, KIKIR, TAKUT 
             MISKIN DAN INGIN KAYA.


Rasulullah SAW mengisyaratkan melalui hadist nya bahwa ada waktu-waktu yang diutamakan bersedekah. Seseorang pernah datang kepada Rasul dan menanyakan sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Maka Rasul mengatakan haidst berikut.


"Engkau bersedekah pada kala sehat, sedang kikir, takut miskin, sedang ingin kaya". (HR.Bukhari)



Waktu-waktu yang diutarakan dalam hadist diatas jika kita amati merupakan saat-saat yang paling sulit bagi seseorang untuk mengeluarkan sedekah. Juga saat orang sangat lalai dari ibadah sedekah, sementara potensi bersedekah saat itu sangat memungkinkan secara materi.



Pada kala sehat orang sering sibuk untuk beraktivitas, sehingga ia merasa tidak begitu dituntut oleh hal seperti sedekah. Karena ia sedang kuat, mobilitas tinggi, dan merasa dirinya masih sehat, jadi tidak begitu perlu sedekah. Padahal, sedekah tidak hanya obat dari permasalahan yang kita emban, tapi juga pencegah dari sesuatu yang akan terjadi pada masa depan. Sedekah bisa mencegah orang dari sakit, karena hatinya lunak jika sudah bersedekah. Semakin sering sedekah, semakin lunak dan tenang hati. Semakin tenang hati maka semakin jauh seseorang dari penyakit.



Pada kala kikir dan takut miskin merupakan situasi orang yang sedang kaya atau rezekinya cukup. Sehingga jika ia bersedekah maka rasa takut kehilangan, kekurangan, miskin akan mewarnai perasaan dan suasana hati. Jarang orang kikir karena ada yang dikikirkan. Orang takut miskin karena ia dalam keadaan sedang memiliki atau kecukupan.



Oleh karena itulah, Islam menganjurkan sedekah pada saat-saat itu. Pertama, yang ingin disedekahkan ada, potensi kesombongan pada saat berkecukupan besar. Jika pada posisi ini seseorang mengeluarkan sedekah, keuntung yang ia raih adalah berhasil melawan hawa nafsu sendiri, bertambah lembut hatinya, akan dikembalikan bahkan ditambah hartanya, ikut berpartisipasi membantu orang butuh.



Pada kala sangat ingin kaya, sedekah merupakan solusi yang tepat. Rasio manusia terkadang berseberangan dengan teori sedekah ini. Manusia menganggap jika ia menabung maka hartanya tidak berkurang, tapi justru akan terkumpul. Sementara Islam mengatakan jika dikeluarkan maka harta akan bertambah, bahkan lebih dari yang dibayangkan manusia. Benarlah bahwa kalau sedang sangat ingin kaya maka bersedekahlah. Jadikanlah sedekah sebagai jalan untuk kaya, karena bukan anda yang menghitung berapa tambah dan sebanyak apa, tetapi Allah-lah yang mengganti.



Untuk itu, seseorang yang ingin mendistribusikan sedekahnya maka perbanyaklah pada waktu-waktu primer diatas. Selain Allah ganti, Allah akan berikan kemuliaan dimata-Nya dan manusia. Jangan takut, bulatkan tekad dan yakinlah !




          2. BERSEDEKAH PADA KALA NAFAS SUDAH DITENGGOROKAN.


Kesalahan bersedekah juga banyak dilakukan oleh kaum msulim, yaitu ketika menjelang mati baru bersedekah. Padahal pada saat nafas sudah ditenggorokan maka saat itu fungsi harta sudah mulai berpindah tangan kepada ahli waris. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut,

"Sedekah apakah yang paling besar pahalanya?" Rasul menjawab, "Engkau bersedekah pada kala sehat, sedang kikir, takut miskin, sedang ingin kaya. Jangan tunda-tunda sampai nafasmu sudah ditenggorokan baru engkau berkata,'untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian', padahal saati itu sudah menajdi miliknya". (HR.Bukhari)



Jika ini dilakukan, sama saja menyedekahkan harta yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain. Hal ini sudah kita jelaskan diatas bahwa tidak sah sedekah dengan milik orang lain.





          3. TIDAK BERSEDEKAH PADA SAAT AQIQAH.


Islam memerintahkan untuk bersedekah pada saat aqiqah walaupun hanya sebagian dari kambing aqiqah sembelihan. Sebagian orang lupa dan tidak memerhatikan anjuran bersedekah saat menyembelih aqiqah. Mari, kita kutip riwayat yang disampaikan oleh Imam Malik berikut,

"Malik berkata,"Perkara kita dalam aqiqah adalah siapa saja yang menyembelih aqiqah maka sembelihlah aqiqah untuk seorang anak itu dua kambing, baik laki-laki maupun perempuan. Aqiqah itu tidak wajib, namun dianjurkan untuk melaksanakannya. Kaum muslim senantiasa melaksanakannya. Siapa yang beraqiqah untuk anaknya maka itu berada pada tingkat ibadah qurban. Tidak boleh kambingnya cacat, juling, luka, sakit, tidak boleh dijual dagingnya, kulitnya, tulangnya dipotong dan dibagi. Makan sebagian dagingnya, sedekahkan sebagian lagi, dan tidak diusapkan darahnnya kepada anak sedikitpun.





          4. TIDAK BERSEDEKAH PADA BULAN RAMADHAN, IDUL FITRI,
             DAN IDUL ADHA.


Bulan Ramadhan adalah bulan derma Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Semua amalan dilipat gandakan pada bulan tersebut, termasuk sedekah. Apalagi secara tegas Rasulullah SAW mengatakan dalam hadist beliau bahwa amaliah Ramadhan diakhiri dengan zakat fitrah untuk membersihkan debu-debu dosa yang pasti menempel dalam diri setiap muslim.



Rasulullah SAW sendiri sangat bersungguh-sungguh dalam segala aspek ibadah pada bulan Ramadhan. Selain karena bulan ini adalah penghulunya semua bulan, juga kaum muslimin semuanya berlomba-lomba meraup pahala, meningkatkan ketaatan maka amalan dan doa sangat di ijabah pada bulan tersebut. Salah satu peluang sedekah yang sangat dianjurkan adalah sedekah dengan cara memberi ifthar (makanan berbuka) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda,


"Zaid bin khalid mengatakan dari Nabi SAW bersabda,"Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya mendapat pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikitpun dari pahalanya".(HR.Tirmidzi)



Tujuan sedekah adalah ingin mengharap ridha Allah, segera diganjar sesuai dengan janji Al-Qur'an. Agar tujuan itu tercapai maka pemilihan waktu mustajab menjadi penting. Dengan demikian, sebuah kekeliruan jika tidak memanfaat momen puasa untuk bersedekah.



Pada hari raya Idul Fitri dan Adha juga merupakan waktu yang baik untuk bersedekah, karena pada hari itu para shaimin telah kembali menjadi bayi tanpa dosa tak ubahnya seperti kertas putih tanpa noda. Rasulullah memerintahkan untuk bersedekah pada 1 syawal sebagaimana sabdanya,

"Atha mendengar dari ibn Abbas berkata,"Aku menyaksikan Rasulullah SAW melaksanakan sholat id sebelum berkhotbah. Kemudian, beliau melihat bahwa para ibu tidak mendengar dengan jelas khotbahnya maka beliau mendatangi mereka dan mengingatkan mereka serta mengajari mereka, lalu mememrintahkan mereka untuk bersedekah. Bilal membentangkan bajunya maka seorang perempuan memberikan cincin, sekeping emas dan sesuatu". (HR.Muslim)





          5. TIDAK MEMPRIORITASKAN ANAK YATIM.


Abdullah ibn Abi Auf berkata, kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW maka datang seorang anak laki-laki, ia berkata, "saya yatim, saudari saya yatim, dan ibu saya seorang janda. Bagilah kami makanan dari rezki yang Allah berikan kepadamu seridhanya". Kemudian, Rasul mengambil 21 biji kurma dan berkata, "tujuh biji untukmu, tujuh untuk saudarimu, dan tujuh untuk ibumu". Mu'adz ibn jabal berdiri dan mengusap kepalanya dan berkata, "Allah yang menakdirkanmu menjadi yatim dan menjadikanmu pengganti bapakmu (anak itu adalah dari kaum muhajirin) maka Rasulullah SAW bersabda, "Aku melihat tindakanmu ya mua'adz, Mu'adz berkata,'tanda sayang'. Rasul berkata, 'tidak seorangpun dari kamu yang mengurus anak yatim, kemudian baik cara mengurusnya. Kalau ia mengusap kepalanya selain Allah SWT catat baginya setiap helai rambut keburukan dan mengangkat setiap helai rambut satu derajat". (HR.Baihaqi)



Hadist diatas memberi informasi kepada kita bahwa anak yatim merupakan prioritas juga dalam memilih penerima sedekah. Tentunya anak yatim diatas adalah anak yatim yang miskin. Karena tidak semua anak yatim itu miskin, ada juga yang kaya. Begitu pentingnya mengurus anak yatim sampai begitu banyak kebaikan yang Allah janjikan untuk orang yang memerhatikan anak yatim. Allah berfirman,

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik (membiarkan) anak yatim".





          6. TIDAK BERSEDEKAH PADA TANGGAL 9 DAN 10 MUHARRAM.


Sesuai dengan sabda Nabi yang dari Ibnu Abbas,

"Barangsiapa membelai rambut (kepala) anak yatim pada hari Asyura maka Allah akan mengangkat derajatnya setiap helai rambut diangkat satu derajat".



Belaian rambut disini merupakan kata majaz atau kata kiasan yang merupakan kasih sayang. Kasih sayang yang bukan diwujudkan dengan belaian belaka, tapi diikuti dengan pemberian bingkisan, pembayaran SPP dan lain sebagainya.



Karena dalam bulan Muharram merupakan bulan hijriyah yang pertama, marilah kita hijrah dari kejelekan kepada kebaikan, dari kemungkaran kepada ketakwaan, dari kebahilan ke kedermawanan dan seterusnya.



Di kutip dari bukunya "Reza Pahlevi Dalimunthe Lc, M.Ag" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar