Kamis, 15 Desember 2011

KONDISI PARA PELAKU MAKSIAT PADA SAAT HISAB

Kondisi dan tingkatan yang berbeda-beda dialami para pelaku maksiat dari kalangan kaum mukminin yang mentauhidkan Allah pada saat 'ardh (dihadapkan kepada Allah untuk dilihatkan amalnya) dan pada saat dihisab. Satu sama lain tak mengalami kondisi yang sama. Perbedaan kondisi ini mereka alami pula pada saat dibangkitkan dari kubur, berkumpul dan berdiri di padang mahsyar selama 50 ribu tahun. Juga, saat mereka dihadapkan kepada Allah untuk diperlihatkan amalnya sebelum dimulainya fase peradilan dan hisab. Sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:
"Dan pada hari itu kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan".QS.Al-Jatsiyah:28.

Kondisi dan tingkatan yang berbeda-beda juga mereka alami pada saat dihisab. Setiap orang tergantung pada amal perbuatannya, derajat keimanannya, dan apa yang diperbuatnya dalam kehidupan dunia, baik atau buruk, ketaatan atau kemaksiatan.

Demikianlah kondisi para pelaku maksiat dari kaum mukminin ketika mereka dihisab berbeda-beda, tergantung pada sedikit banyaknya kemaksiatan dan dosa yang mereka lakukan, kewajiban yang mereka tinggalkan, serta berapa banyak dosa-dosa besar yang telah mereka langgar.

Diantara mereka ada yang hanya melakukan satu dosa besar, dan tidak lebih dari itu. Namun, ada juga yang melakukan dua, tiga bahkan lima macam dosa besar. Diantara mereka ada yang melaksanakan kewajiban puasa, tapi tidak melaksanakan kewajiban shalat. Ada yang melaksanakan shalat dan puasa, tapi tidak menunaikan ibadah haji dan tidak mengeluarkan kewajiban zakat dari hartanya. Diantara mereka ada yang mengeluarkan zakat dari hartanya selama beberapa tahun, tapi tidak menunaikannya pada beberapa thaun. Ada pula yang melaksanakan shalat selama beberapa thaun, tapi meninggalkannya selama beberapa tahun pula.

Diantara mereka ada pula yang melakukan dosa besar dalam setahun satu kali. Namun, ada pula yang melakukannya sebanyak 100x dalam setahun. Diantara mereka ada yang melakukan dosa besar zina, tapi tidak melakukan dosa besar riba dan minum khamer. Diantara mereka ada yang berpura-pura menunaikan seluruh kewajiban-kewajiban-Nya, namun disamping itu ia juga berzina, memakan riba, dan meminum-minuman khamer. Selain itu, masih ada lagi ratusan atau bahkan ribuan kemungkinan dan keadaan para pelaku perbuatan maksiat. Allah berfirman :
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula". QS.Az-Zalzalah:7-8.

Setiap orang memiliki kondisi dan tingkatan yang berbeda-beda dengan orang yang lain pada setiap kejadian yang akan ia lalui pada hari kiamat kelak. Sekiranya ada dua orang yang sama persis disetiap amalnya, akan tetapi yang satu menambah pahala dalam umurnya dengan satu buah shalat wajib yang ia laksanakan dimesjid dengan berjamaah, sementara yang satunya lagi melaksanakannya dirumah, tentu akan ada perbedaan keutamaan diantara keduanya disisi Zat yang tidak akan sia-sia satu kebaikan, meski seberat biji atom sekalipun.

Banyak sekali ayat maupun hadist Rasul yang menerangkan tentang masalah ini. Selain itu, yang menerangkan mengenai hukuman bagi para pelaku dosa besar dan balasan bagi mereka yang berbuat kebaikan dari kalangan orang-orang yang mukmin yang bertakwa. Allah dan Rasul-Nya telah merincikan keadaan-keadaan ini. Menerangkan hukuman dan balasan yang akan mereka dapatkan kelak pada hari kiamat.

Dosa-dosa kecil yang dilakukan orang-orang mukmin telah Allah ampuni selama mereka masih ada didunia dengan keutamaan ibadah dan amal salehnya. Banyak hadist Nabi yang menunjukkan hal ini. Sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan Abu Hurairah:
"Shalat wajib lima waktu, dan antara jumat yang satu dengan yang lain. Serta antara Ramadhan yang satu dengan Ramadhan berikutnya ialah penebus dosa yang dilakukan diantara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi".HR.Muslim

Adapun para pelaku maksiat dari kalangan kaum mukminin yang mati dalam kondisi bermaksiat dan berbuat dosa besar serta belum sempat melaksanakan kewajiban dan ketaatan, maka dosa-dosa kecil mereka akan tetap ada sebagaimana keberadaan dosa-dosa besarnya. Sebab, dosa kecil untuk bisa diampuni ada syarat-syaratnya. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, berarti dosa kecil itu juga tak akan diampuni.

Selain itu, Allah dan Rasul-Nya telah menjadikan bagi setiap dosa besar dan maksiat serta kewajiban yang ditinggalkan mempunyai kondisi siksaan sendiri-sendiri pada hari kiamat. Untuk itu, kondisi orang yang tidak mengeluarkan zakat berbeda dengan kondisi orang yang tidak melaksanakan shalat, tidak berpuasa, atau tidak menunaikan ibadah haji.

Pun demikian kondisi orang yang berzina, kondisinya tidak sama dengan orang yang bertransaksi dengan riba. Dus, setiap perbuatan dosa memiliki keadaan dan siksa masing-masing pada hari kiamat.

Kutipan dari buku Pengadilan Akhirat.
Pengarang Syaikh Mahir Ahmad ASh-Shufi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar