Senin, 25 Februari 2013

BERDIRI DI ATAS LANTAI DUNIA

Tetesan air mataku tidak mampu menyaksikan semua tragedi ini, hatiku mati, seluruh tubuhku terasa sakit, kesedihan besar Asyura' membuat berat hatiku, hatiku serasa ingin mengambil pedang dan menghantarkan semua musuh ke neraka. Mataku tidak mampu lagi menyaksikan musibah-musibah yang terjadi setelah syahidnya Al Imam Husain as bersama keluarga mulianya dan anak-anaknya, dalam keadaan terasing, kehausan, tanpa penolong, dan terluka di karbala. Suara teriakan dan pekikan kaum wanita dan anak-anak menarik perhatianku. Aku melihat dihadapan mereka tentara Kufah yang maju merangsek kedalam kemah-kemah keluarga Rasulullah dan cahaya mata Fatimah Az-Zahra, mereka merampas dan melucuti baju, peralatan rumah, dan anting-anting kaum wanita, keluarga Imam Husain as lari kesana kemari keluar dari kemah.
Seseorang merampas baju dari badan putri-putri Nabi, yang lainnya merampas kain dan perhiasan wanita. Kemah-kemah keluarga Rasulullah SAW dibakar, orang-orang yang tidak mengenal Allah ini membakar kemah-kemah, yang sesaat sebelumnya menjadi tempat singgah para malaikat. Aku mencium bau terbakarnya kemah-kemah dan merasakan panasnya api, seakan-akan aku berada di padang karbala. Dan dengan seluruh wujudku aku berusaha merasakannya. Dia beberapa saat berdiri dilantai atas duniaku. Waktu bentroknya harapan-harapan khayal.
Aku tidak menyangka, apakah yang aku lihat adalah nyata? Siapa lagi orang yang baru datang ini? Yang selalu membawa api ditangannya dan dia selalu menyerang dengan kuda ke arah kemah-kemah. Alangkah miripnya dengan aku. Setan yang berwajah hitam mengikatnya dan membawanya. Dia seperti seekor hewan yang diikat oleh tali kekang, yang bergerak kearah kemah. Wahai Allahku, seakan-akan nafasku terhenti, amarah telah menyumbat leherku dan dadaku terasa sesak, wahai Allahku apa yang tengah aku lihat, aku selalu berharap kepadaMu supaya aku termasuk salah satu sahabat Imam Husain as, dan aku berusaha untuk menegakkan kebenaran. Tetapi apa yang aku saksikan, aku berada di barisan yang melawan Imam Husain, dari rasa maluku aku tidak mampu lagi menegakkan kepalaku.
Kudaku tanpa diperintah berlari menuju kearah kemah. Aku menyalakan obor untuk membakar kemah tersebut. Dengan ketakutan yang sangat, aku terjatuh bersama kudaku. Wajahku berlumura darah, tetapi obor masih tetap menyala, kemudian aku mengambilnya, seperti seekor serigala lapar aku siap menyerang. Tentara kufur bertengkar memperebutkan harta keluarga Rasulullah. Menyaksikan pemandangan ini diriku semakin terasa miris dan muak. Kemudian aku melihat diriku sendiri, obor api masih berada dalam genggamanku dan aku merasa berada dalam tali kekang setan.
Aku kebingungan melihat keadaan disekitarku. Sebuah tangan menarik bajuku hingga aku mundur kebelakang. Aku melihat seorang anak perempuan kecil sambil menangis dengan wajah pucat pasi,  raut wajahnya memancarkan kesedihan yang mendalam, bibirnya kering karena kehausan yang sangat dan berlumuran darah. Mengalir darah dari kedua telinganya dan rambutnya berlumuran darah bercampur debu dan menatapku dengan pandangan madzlum. Ketika ia berbicara, seakan sebuah badai menerpaku dan karat-karat yang ada dalam hatiku masuk kedalam membuatku seketika berubah. "Hai hamba Allah, kenapa engkau disini? Tidakkah ada kecintaan kepada Husain dalam hatimu? Bukankah engkau pecinta ayahku? Bukankah engkau pecinta keluarga Imam Husain? Apa yang engkau lakukan di barisan tentara setan? Tidakkah engkau melihat setan-setan yang menguasaimu dengan rantai-rantai dari api? Mengapa dengan kedua tanganmu sendiri engkau ingin memadamkan pelita hidayahmu? Mengapa engkau berjalan dalam barisan kegelapan dan jalan yang salah?"
"Wahai Tuhanku, celakalah aku, aku kira anak perempuan tadi adalah Ruqayah as putri,, junjunganku Imam Husain as. Dunia dihadapanku menjadi gelap. Aku yang besar dengan kecintaan dengan  Imam Husain, jika dalam peperangan aku berhadapan dengan Beliau, apa yang harus aku perbuat? Aku berlindung dari segala godaan setan yang terlaknat dan terkutuk. Pasti ini adalah salah satu godaan iblis, yang berniat menyesatkanku.
Dia menampakkan seorang yang mirip aku dihadapanku. Tali kendali terlepas dari tangan dan aku memukul kepala dan wajahku dan aku menangis tanpa kendali menunjukkan keadaan hatiku yang terluka. Masih terdengar dan terbayang tragedi berdarah, darah suci yang sampai sekarang selalu memberikan dan menunjukkan jalan hidayah, terdengar juga teriakan pencari kebenaran Zainab as di istana merah Suriah, yang merupakan tempat tinggal setan dalam sejarah. Zainab as memandang ke arah kepala tanpa badan Imam Husain, cucu Rasulullah dan bergema pelajaran dan nasehat dalam sejarah diantara kepala Imam Husain yang terpotong.
Sehingga sejarah menjadi malu. Setan-setan terbakar diatas api, kesalahan dan kegelapan mewarnai hati, kegelapan muncul dan dari sisi lain tercium bau surga dari jasad Imam Husain yang berlumuran darah dan penuh luka. Contoh pengorbanan penciptaan tercium di seluruh sejarah umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan cahaya dan tidak menyerahkan diri kepada setan. Jalan cinta Imam Husain ditunjukkannya dengan tertusuk diatas tombak-tombak kaum durjana dan mengundang kepadanya dunia kemanusiaan.

Dikutip dari buku "Semalam bersama setan."
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar