Senin, 25 Februari 2013

TAUBAT AL-HUR DI PELUKAN KECINTAAN KEPADA IMAM HUSAIN AS

Tauladan yang nyata dalam hal ini adalah taubatnya Hur bin Ziad ar-Riyahi, salah seorang tentara yang mencegah Imam Husain as, keluarga dan para sahabat-sahabatnya untuk air, yang walaupun telah berlalu bertahun-tahun, namun sampai sekarang orang-orang masih membicarakan pertaubatannya.
Hur adalah seorang tentara, berbadan tegap dari Bani Qadasiyah, diperintahkan untuk memimpin seribu pasukan, gun mencegat rombongan imam Husain as dan para sahabat-sahabatnya dalam perjalanannya menuju Kufah. Ketika ia dan pasukannya telah berhasil memblokade Imam Husain as, waktu itu telah sampai kepada waktu dzuhur dan Imam ingin melaksanakan sholat dan berkata, "wahai manusia, aku tidak akan datang kepadamu kecuali karena surat-surat kalian yang datang kepadaku dan utusan-utusan kalian datang dan memintaku untuk datang kepada kalian, dengan alasan kami tidak mempunyai imam.
Dan kalian semua telah berbaiat dan berjanji. Jika kalian teguh dengan baiat dann janjimu, aku telah datang kepada kalian. Kemudian Imam Husain as mendirikan shalat dan beliau berkata kepada Hur, "apakah engkau ingin sholat bersama-sama denganku?" Hur berkata, "aku akan sholat dibelakangmu." Dan ini merupakan secercah cahaya pertama yang masuk kedalam hati Hur. Ketika beranjak waktu asar, Imam Husain as memerintahkan agar setelah shalat ashar mereka bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Beliau as kemudian berkata kepada orang-orang, "jika kalian tidak suka kepada kepemimpinan kami dan tidak mengetahui hak kami dan sekarang pendapat kalian bukanlah seperti yang kalian tulis dalam surat-surat kalian kepadaku, maka aku akan kembali lagi."
Hur berkata, "aku bersumpah kepada Allah, aku tidak mengetahui mengenai surat-surat dan utusan-utusan yang engkau bicarakan." Imam memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk mengambil peti yang dipenuhi surat-surat dari warga kufah untuk ditunjukkan kepada Hur. Hur berkata, "kami tidak menulis surat-surat itu kepadamu dan aku diperintahkan untuk selalu mengawalmu dan membawamu ke kufah ke hadapan Ubaidillah." Imam Husain as berkata, "kematian bagimu lebih dekat dari harapan ini."
Kemudian beliau as menghadap ke para sahabat-sahabatnya dan berkata, "kita bergerak, kita kembali menuju Madinah." Disaat rombongan tengah berkemas untuk kembali ke Madinah, tentara Hur menghalanginya dan Imam Husain as berkata kepada hur, "semoga ibumu tidak menjadi tebusanmu, apa yang engkau inginkan?" Hur berkata, "jika perkataan seperti itu keluar dari mulut orang arab yang lain dalam kondisi seperti ini aku juga akan membawa nama ibunya sebagai balasannya. Tetapi demi Allah, aku tidak bisa membawa-bawa nama ibumu, karena dia adalah termasuk orang yang terbaik." Kebaikan dan akhlak mulianya kepada Imam Husain as dan ibunya Sayidah Fatimah as, maka dia mendapatkan lagi sebongkah cahaya yang memancarkan dari dalam hatinya. Hur berkata, "aku tidak diperintahkan untuk memerangimu, aku hanya diperintahkan untuk mengawal kalian sampai ke kufah dan karena engkau tidak mau menuju Kuffah, maka engkau harus menuju ke tujuan lain, tidak ke kuffah dan tidak juga ke Madinah. Pasukan Islam bergerak, Hur dan tentaranya mengikuti dari belakang tapak-tapak tentara Islam di gersangnya padang pasir. Pasukan Hur mengikuti rombongan Imam Husain as hingga sampai disuatu tempat yang bernama Nainawa.
Seorang utusan dari ibnu Ziad membawakan sebuah surat untuk Hur yang isinya memerintahkan Hur dan tentaranya untuk menangkap Imam Husain as beserta rombongannya dan menyiksa mereka semua. Para sahabat Imam Husain as berada dalam kepungan Hur dan tentaranya di tanah Karbala, dan diharamkan air sungai eufrat bagi tenggorokan-tenggorokan suci Imam Husain as, keluarganya dan para sahabatnya.
Hur sejenak tenggelam dalam pikirannya, dia berdiri menjauh dari orang-orang dan terjadi peperangan dalam dirinya antara memilih kebenaran dan kebatilan. Dengan alasan untuk memberi minum kepada kuda-kuda, dia menjauh dari para tentara Umar bin Sa'ad dan pelan-pelan mendekat kepada kemah Imam Husain as. Muhajir bin aus berkata kepada Hur, "apa yang tengah engkau pikirkan?" Dengan tubuh bergetar hur berkata, "demi Allah, aku tengah diajukan pilihan antara surga dan neraka, dan aku bersumpah aku tidak akan memilih kecuali untuk mendapatkan surga, walaupun tubuhku dipotong-potong dan dibakar.
"Seketika itu juga dia memacu kudanya dan melesat kencang menuju perkemahan Imam Husain as untuk bergabung dengan rombongan imam. Sesaat setelah sampai di kemah-kemah Imam Husain as, dia meletakkan kedua tangannya diatas kepalanya (tanda penyesalan) sambil berkata, "wahai tuhanku, aku kembali kepada-Mu, ampunilah aku dan terimalah taubatku ini, aku telah menyakiti hati pecinta-Mu, keluarganya dn sahabat-sahabatnya." Setelah mendekat, hur mengucapkan salam dan berkata kepada Imam Husain as, "aku akan menjadi tebusanmu, wahai putri Rasulullah. Akulah yang menutup jalanmu untuk kembali dan menggiringmu dan mempersulitmu, tapi sungguh aku tidak menyangka bahwa kaum ini berniat untuk membunuhmu dan keluargamu.
Jika sebelumnya aku mengetahuinya, maka aku tidak akan mau melakukan hal ini dan kini aku bertaubat kepada Allah dari apa-apa yang telah aku lakukan. Duhai Imamku, apakah taubatku akan diterima oleh Allah SWT?" Imam Husain as berkata, "ya, Allah akan menerima taubatmu, turunlah dari kudamu." Hur berkata, "aku tidak akan turun dari kudaku kecuali aku akan memerangi kaum zalim ini untuk membantumu, karena akulah yang pertama menghalangimu, apakah engkau mengizinkan aku menjadi orang pertama yang berperang dan meninggal dijalanmu dan pada hari kiamat aku akan menjadi orang pertama yang akan bersalaman dengan kakekmu Muhammad SAW."
Imam Husain as berkata, "semoga Allah merahmatimu, lakukan apa yang engkau inginkan."
Hur dengan gagah berani melesat diatas kudanya menuju medan perang, dengan semangat yang tidak dapat dilukiskan, dia berkata kepada para tentara Ibnu Sa'ad, "hai orang-orang kufah, ibu-ibu kalian menjadi tebusannya dan akan menangis, mengapa orang soleh ini engkau panggil ketempat kalian dan ketika ia datang engkau malah meninggalkannya.
Engkau katakan akan membantunya berperang melawan musuhnya, tetapi kalian tidak mau membantu, dan sekarang engkau ingin membunuhnya? Engka Eufrat untuk mereka, padahal orang Yahudi, orang Nasrani, orang Majusi dan bahkan hewanpun dapat meminumnnya, sehingga kehausan mereka menyebabkan mereka tidak sadarkan diri.Sepeninggalan Nabi SAW, kalian tidak menghormati keluarganya." Tentara kafir yang tidak sabar mendengar perkataan Hur, langsung menghujani anak panah kearahnya. Hur menyerang ke berbagai penjuru dan dia berhasil membunuh beberapa musuh berwajah hitam para pengikut setan. Hur berhasil mengirim empat puluh orang dari mereka ke neraka.
Setelah beberapa saat berperang pasukan musuh berhasil membunuh kuda Hur, hingga ia harus berperang dengan kedua kakinya, satu batalion tentara musuh menyerangnya dan berhasil melukai seluruh badannya. Hur merangsek masuk ditengah-tengah mereka dan menebas kesana kemari, dia berperang sebagai ksatria, sampai sebuah anak panah mengenai dadanya, dan pahlawan yang telah bertaubat ini jatuh ke tanah.
Para sahabat Imam Husain as membawanya ke hadapan Imam Husain as, nadinya masih berdenyut, dia memandang wajah Imam Husain as dan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya berkata, "wahai Imam Husain, wahai pemimpinku, apakah engkau telah memaafkan aku dan ridho kepadaku?" Imam Husain as meletakkan tangannya kepadaku dan berkata, "sebagaimana ibumu telah memberi nama Hur (kebebasan) kepadamu, engkau di dunia merdeka dan di akhirat akan menjadi laki-laki ynag merdeka."
Hur telah mengeluarkan kebodohan dan kejahilan dalam dirinya hingga akhirnya ia dengan kedua sayapnya dia terbang menuju ke haribaan Allah, seperti merpati yang kasmaran hinggap di perkemahan Imam Husain as dan mendapatkan surga dalam menolong putra Sayidah Fatimah Az-Zahra as. Dia menyerahkan neraka jahanam dan kesalahan kepada bala tentara setan, Hur sampai pada keyakinannya, sehingga dia memahami tirai kegelapan dan dalam menjalani umurnya di dunia yang sebentar ini, dia tenggelam dalam pelukan cahaya cinta Ilahi.



Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar