Kamis, 10 Januari 2013

IKHLAS DALAM PERBUATAN

Jika kita sibuk berperang melawan setan atau dengan kata lain kita membuat perhitungan dengannya, maka setan akan lebih bersemangat terhadap kita. Secara perlahan setan akan merusak akidah kita. Oleh sebab itu, kita harus ikhlas dalam amal perbuatan dan menghadirkan hati sehingga setan menjadi putus asa dan dia tidak lagi mendekati kita. Ikhlas dalam amal perbuatan adalah memurnikan niat dan tujuan dari selain Allah.
Niat kita tertuju sepenuhnya untuk Allah. Dengan demikian, ibadah kita selalu dilingkupi dengan keikhlasan. Sebaik-baik niat dalam perbuatan adalah kita tidak untuk mencari keuntungan dunia dan akhirat. Ibadah yang kita lakukan demi mencapai surga dan tidak diniatkan untuk mendapatkan keindahan-keindahan duniawi. Tetapi niat hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah. Untuk mencapai kepada tingkatan ini sangat susah, kecuali kita meninggalkan semua keinginan-keinginan hawa nafsu.
Kita akan seperti berjalan diatas angin, jika hati kita tidak selalu berdzikir, dan mengetahui sifat dan perbuatan Allah SWT. Imam Shadiq as berkata, "orang yang beribadah ada tiga golongan. Satu golongan beribadah kepada Allah, karena takut kepada Azab Allah (neraka), ibadah seperti ini adalah ibadahnya seorang budak. Satu golongan lain beribadah kepada Allah karena mencari pahala dan balasan, ini adalah ibadah para pedagang. Sekelompok golongan lain beribadah kepada Allah karena cinta kepada Allah dan ini adalah ibadahnya orag-orang yang merdeka dan sebaik-baiknya ibadah."
Jika kita secara ikhlas beribadah kepada Allah, sehingga Allah menghantarkan kita sampai kepada rahmat-Nya dan memiliki cinta yang sebenarnya kepada Allah, kita akan mendapatkan kesempurnaan-kesempurnaan maknawi. Setelah itu kemanapun kita memandang, kita tidak akan melihat kecuali Allah dan apa saja yang ada hanya Zat Mutlaq Allah SWT.


HILANGNYA IBADAH TIGA PULUH TAHUN.


Suatu hari seseorang mengqadha ibadahnya selama 30 tahun. Ketika seseorang menanyakan alasannya, orang tersebut menjawab, "Aku selalu mengerjakan shalatku di barisan pertama. Suatu hari karena suatu alasan aku terlambat sampai di mesjid, dan di barisan depan sudah tidak ada tempat lagi, maka aku shalat di barisan kedua. Dalam diriku ada rasa malu karena terlambat datang ke mesjid, karena orang-orang melihatku berada di barisan kedua. Dari situ aku baru sadar, bahwa selama 30 tahun ini aku berada di barisan pertama masjid, hanya untuk dilihat oleh orang lain dan mendapatkan pujian dari mereka. Aku merasa senang atas hal itu tanpa sadar. Tetapi sekarang setelah tabir hati terbuka dan aku mengetahui niat dari amalku tersebut, maka wajib bagiku untuk mengqadha ibadahku."


Sumber dari buku Semalam Bersama Setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar