Kamis, 10 Januari 2013

PECINTA DUNIA, MANUSIA DALAM PERAHU

Seorang sufi mengumpamakan para pecinta dunia sebagai manusia yang berada dalam sebuah kapal. Ketika mereka akan sampai pada sebuah pulau, nahkoda kapal mengumumkan kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan dan bekal mereka dan mengingatkan agar mereka jangan sampai tertinggal di pulau itu karena kapal hendak berlayar kembali. Ketika sampai, mereka menyebar ke pelosok pulau tersebut. Sebagian mereka mengumpulkan bekal perjalanan di pulau yang luas itu dan setelah terkumpul apa-apa saja yang mereka butuhkan mereka segera kembali ke kapal.
Sebagian yang lain sibuk menyaksikan bunga-bunga, pohon-pohon, dan bebatuan serta mendengarkan kicauan burung. Kemudian merekaa teringat bahwa kapal akan segera berlayar dan mereka bergegas kembali ke kapal tanpa membawa bekal apa-apa. Sebagian yang lain, walaupun mereka tahu bahayanya jika mereka tertinggal kapal, namun telah cinta kepada segala keindahan yang ada di pulau itu dan mereka tidak rela meninggalkan semua itu sehingga mereka membawa sebanyak-banyaknya buah-buahan dan bunga-bunga ke kapal tersebut, tetapi dikapal tidak ada lagi tempat dan dengan susah payah mereka memanggul bawaan mereka yang sangat berat itu di bahu mereka dan pada akhirnya mereka menyesal telah membawanya.
Sebagian yang lain, mereka sedemikian terpana menyaksikan keindahan pulau itu sehingga mereka lupa akan bahayanya jika ditinggal kapal dan ketika mereka sadar, dengan bawaan yang berat mereka berlari menuju kapal namun ketika sampai kapal sudah berlayar dan terpaksa mereka tinggal di pulau tersebut. Sebagian yang tertinggal ada yang menikmati segala keindahan dan kenikmatan pulau itu, hingga mereka tidak mendengar seruan bahwa kapal hendak berlayar kembali. Mereka tidak sadar akan bahaya tinggal sendiri di pulau itu, hingga diantara mereka ada yang digigit ular dan kalajengking, ada menjadi santapan binatang buas dan ada yang tenggelam dalam lumpur dan jebakan hingga akhirnya mereka semua mati.
Adapun mereka yang masuk ke kapal dengan membawa barang bawaan yang mahal yang diambil dari pulau itu, ketika diatas kapal, mereka resah menjaganya dan ketakutan akan kesalahannya, rasa penyesalan yang mendalam mereka rasakan dan tidak selang berapa lama, bunga-bunga dan buah-buahan yang mereka bawa menjadi busuk dan rusak, bebatuan yang indah berubah menjadi rusak dan bau busuk yang keluar darinya menyiksa mereka, padahal mereka tidak mampu lagi membuangnya ke laut, karena itu semua sudah menjadi bagian dari badannya. Ketika kembali ke tanah airnya, penyakit dan rasa sakit mereka semakin menjadi dan sehingga mengakibatkan kematian mereka. Adapun orang-orang yang terlambat sampai di kapal dan tidak mendapatkan apa-apa setelah kembali ke kapal, mereka dalam kesusahan dan tersiksa selama perjalanan. Tetapi setelah tiba di kampung halaman mereka semua kesulitan dan siksaan tersebut hilang. Pada akhirnya mereka mendapatkan kebahagiaan. Bagi mereka yang pulang ke kapal dengan membawa banyak bekal dan mengambil tempat yang luas, sama sekali tidak mendapatkan kesusahan dan kesulitan. Mereka kembali ke kampung halaman dengan selamat.


Sumber dari buku Semalam Bersama Setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar