Setan memandangku dengan pandangan mendalam, seperti tengah membaca pikiraku dan dengan tersenyum dia berkata, "dalam menyesatkan manusia semacam ini ada point yang sangat halus, bahwa untuk mendapatkan kebutuhan semacam itu, banyak sekali jalan yang bisa ditempuh. Engkau sendiri berkali-kali telah bekerja untukku dalam hal ini dan tertipu dengan perbuatan ini. Tujuanku dalam mengambil bantuan-bantuan semacam ini adalah merupakan kesempatan untuk merusakkan niat seseorang dengan perantara membangun berbagai tempat uang dan bantuan-bantuan harta, dan akan ditarik uang dari mereka, sedangkan mereka tidak memberikan uang dengan keikhlasan dan bahkan diambil secara paksa dan dalam kondisi sulit dan terkadang juga dikarenakan status sosial, supaya diaantara orang lain terkenal sebagai seorang yang baik dan dermawan, maka dia memberikan uang tersebut. Dan setiap penggunaan uang-uang ini menjadi bermasalah, walaupun diberikan kepada orang miskin."
SETAN IRI TERHADAP IBADAH.
Aku berkata, "kamu selalu menggunakan berbagai cara untuk menyesatkan manusia. Tidak mungkin kamu dapat dipercaya. Misalnya, ada sekelompok orang yang suka beribadah tetapi kamu menyesatkannya.
Orang-orang semacam ini berada dalam genggaman iblis dan mereka banyak sekali berbuat maksiat dan ketaatan yang luar biasa ditunjukkan kepadamu. Tetapi mereka semua lupa, bahwa suatu hari nanti setiap ketaatan yang mereka lakukan akan terjaga dan terekam dihadapan Allah. Misalnya seorang yang pergi Haji sekali dalam seumur hidupnya, atau berziarah ke makam-makam suci, atau pergi ke mesjid tetapi tidak satupun amal ibadahnya yang dilakukan dengan baik, dan tetap menggunjing kesalahan dan cela orang lain. Itu semua mereka lupakan dan amal perbuatan sekali yang dia lakukan selalu diingat-ingat. Mereka berfikir bahwa Allah tidak mungkin menyiksanya, karena merasa dirinya telah menunaikan ibadah Haji. Atau merasa aman dari siksa Ilahi lantaran setiap hari baca ayat al-Qur'an. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui bahwa syarat diterimanya amal perbuatan manusia adalah adanya keikhlasan.
Orang semacam ini adalah orang yang lupa dan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan. Orang seperti ini harus mengoreksi perbuatannya dan mengumpulkan semua perbuatannya, sehingga mereka melihat mana yang lebih banyak dan mana diatas timbangan perbuatannya yang lebih berat. Kata-kata mutiara dari Imam Ali bin Abi Thalib as mengatakan, 'telitilah dan hitunglah amal perbuatan kalian sendiri, sebelum amal kalian diteliti dan dihitung.' (Kitab Azrul Hikam wa Darul Kalam).
Sumber dari buku Semalam Bersama Setan.
Oleh Alieh Hamedani.
Sumber dari buku Semalam Bersama Setan.
Oleh Alieh Hamedani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar