Kamis, 26 Januari 2012

APA YANG AKAN TERJADI DI ALAM KUBUR?

Antara ahli falsafah yang tidak beragama berkata bahwa kematian itu berarti kemusnahan, tidak ada perkumpulan dan tidak ada kebangkitan, tidak ada akibat perbuatan jahat dan baik, sesungguhnya kematian itu laksana kematian binatang dan keringnya tumbuh-tumbuhan.

Inilah pendapat sebagian ahli filsafat dahulu, para atheis, mereka yang mengikuti faham komunis, orang-orang yang bersifat kebendaan, hamba-hamba harta dan nafsu.

Segolongan lain yang memerlukan petunjuk al-qur'an dan sunnah Rasulullah, berkata:
"Sesungguhnya manusia itu akan lenyap dengan kematian. Ia tidak akan merasakan sakitnya siksa dan tidak akan menikmati pahala selama berada dialam kubur, sampai ia dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar".

Segolongan yang lain lagi berkata:"sesungguhnya roh itu kekal, ia tidak lenyap karena mati. Dan sesungguhnya yang akan menerima pahala dan siksa itu hanyalah roh bukan badan. Dan sesungguhnya badan itu tidak akan dibangkitkan dan dikumpulkan".

Semua itu adalah pendapat-pendapat yang merupakan hasil dari dugaan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, tidak ada suatu dalil pun yang menguatkannya.

Adapun dalil yang kuat, baik secara resiko ataupun syara', menunjukkan bahwa kematian itu hanya merupakan perubahan keadaan saja. Dan sesungguhnya roh itu akan tetap dalam keadaannya, baik setelah kematian maupun setelah rusak dan hancurnya badan didalam kubur. Ia akan merasakan adanya siksa dan nikmat, seolah ia sudah bertemu dengan sebagian pahala dari perbuatannya selama didunia, sebelum sampai kepada perhitungan pahala di padang mahsyar.

Yang kita ketahui bahwa roh itu tidak mempunyai kekuatan sendiri, tidak dapat melihat sendiri dan tidak dapat mendengar sendiri. Ia memerlukan anggota tubuh yang menggerakkannya dan mengaturnya. Allah telah berfirman dalam Al-qur'an, yang berbunyi:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".QS.An-Nahl:78.

Kita tahu bahwa bayi itu dilahirkan dengan membawa roh. Akan tetapi, roh itu tidak mendapatkan alat-alat untuk bekerja, atau kemungkinan alat-alatnya masih lemah atau tidak ada sama sekali atau tidak ada sebagian, seperti orang buta, orang tuli, orang lumpuh, dan orang bisu, sebab keberadaan roh pada badan manusia yang lemah alat-alat tubuhnya, tidak menjamin badan itu dapat melihat, mendengar, berjalan dan berbicara.

Adapun setelah mati, keadaan ini akan berbeda, yaitu suatu keadaan gaib yang tidak diketahui selain oleh Allah. Dan adapun kata-kata Al-Ghazali yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan roh disini berikut sifat-sifat yang dimilikinya adalah hati. Ia tetap bersamanya setelah berpisah dengan badan. Ia bukanlah perantara dari anggota badan yang akan cuti karena kematian badan sampai dikembalikannya roh itu kepadanya lagi.

Kita lihat bahwa para pendahulu ahli tafsir, para filosofis, dan para psikologis menjuluki jiwa itu dengan hati, sebagaimana tersebut dalam firman Allah dalam Al-qur'an:
"Dan seungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi mereka itulah orang-orang yang lalai".QS.Al-A'raf:179.

Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa roh itu dikembalikan lagi kedalam tubuhnya atau sesuatu yang masih tersisa padanya, walaupun hanya sebesar zarrah yang kecil sehingga mayat dapat merasakan sebagian rasa sakit atau merasakan nikmat. Zarah (atom) yang tidak dapat dilihat itu diberi kehidupan, sehingga ia dapat merasakan didalam kuburnya apa yang akan ditemuinya pada hari kiamat, atau ia mempunyai sebagian dosa yang tidak terhapus oleh amal-amalnya didunia, tidak terhapus oleh berbagai derita dan bencana yang telah menimpanya, tidak terhapus oleh sakitnya sakaratul maut dan tidak terhapus pula oleh doa anaknya, maka ia akan dihapuskan oleh siksa dialam kubur. Demikian itu jika ia benar-benar orang Mukmin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar