Kamis, 26 Januari 2012

ULAR DAN KALAJENGKING UNTUK MEREKA YANG BERSIFAT TERCELA

Al-Ghazali menjelaskan bahwa banyaknya ular dan kalajengking itu adalah sebanyak akhlaknya yang tercela, seperti takabur, ri'ya, iri dengki, dendam dan sebagainya. Sebab akhlak yang tercela itu berasal dari beberapa dasar, kemudian bercabang dan beranting.

Sifat-sifat itu semua merupakan muhlikat (yang mengakibatkan orang lain celaka) yang menjelma menjadi kalajengking dan ular. Ini semua tidak terjangkau oleh panca indera, tetapi kita dapat mengimani adanya siksa kubur, nikmat kubur dan semua yang bersangkutan dengan urusan akhirat. Semua itu adalah alam gaib.

Tidakkah engkau perhatikan, bagaimana para sahabat mengimani turunnya Jibril, padahal mereka sendiri tidak pernah menyaksikannya. Bila kita beranggapan bahw Nabi Muhammad sangat mungkin dapat menyaksikan apa-apa yang tidak dapat disaksikan oleh umatnya, maka bagaimana halnya pula dengan keadaan orang-orang mati? Sebagaimana malaikat itu tidaklah serupa dengan manusia dan binatang, maka ular dan kalajengking yang menyengat didalam kubur itu tidak sama dengan ular dan kalajengking dialam kita, itu adalah jenis ular dan kalajengking lain yang hanya dapat dijangkau oleh indera yang bukan milik kita, dan ini merupakan rahmat Allah bagi kita.

Kita menyaksikan orang yang tidur nyenyak, kadang-kadang ia bermimpi digigit oleh ular, ia merasakan sakit, padahal kita tidak dapat merasakannya dan kita melihatnya dalam keadaan tenang. Kadang-kadang ia menjerit dalam tidurnya karena kesakitan digigit oleh ular dalam mimpinya, padahal ular ada dilubang, sedangkan rasa sakit dan jeritannya terjadi pada orang yang kita lihat sedang tidur.

Sifat-sifat ini, setelah orang mati, menjelma menjadi ular dan kalajengking yang menggigit dan menyengat seperti menggigitnya ular dan kalajengking pada umumnya, padahal ular dan kalajengking itu sendiri tidak ada. Ini adalah suatu keadaan dialam kubur dan suatu liang dari neraka jahannam.

Adapun orang-orang yang tidak menyenangi kehidupan dunia, tidak ada yang dicintainya selain Allah, dan merindukan pertemuan dengan Allah, maka ia sudah terlepas dari penjara dunia dan cengkeraman nafsu. Ia sudah menemui kekasihnya, ia terbebas dari segala rintangan dan godaan, ia telah mendapatkan kenikmatan yang banyak disertai dengan rasa aman dari kehilangan nikmat itu untuk selama-lamanya. Maka, beramallah orang-orang yang ingin beramal untuk mencapai hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar