Jumat, 27 Januari 2012

PERTANYAAN MUNKAR NAKIR DAN HIMPITAN DALAM KUBUR

Hadist yang diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan Ibnu Hibban berbunyi yang artinya:
"Jika seorang hamba mati niscaya ia akan didatangi oleh 2 malaikat yang hitam dan seram, yang satu bernama munkar dan yang satu lagi bernama Nakir. Mereka akan bertanya:"Apa yang sudah anda katakan terhadap Nabi"? Jika ia seorang mukmin, ia pasti akan menjawab:"dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah".

Lalu mereka akan berkata:"Kami benar-benar telah menyangka bahwa anda akan menjawab begitu", kemudian pekuburannya dilapangkan seluas 70 x 70 hasta, dan diterangi, seraya berkata kepadanya:"tidurlah"! Ia pun berkata:"Perkenankanlah aku kembali pada keluargaku, sehingga aku dapat menyampaikan kabar berita ini kepada mereka".

Lalu dikatakan lagi kepadanya:"Tidurlah! Maka ia tidur laksana tidurnya seorang pengantin yang tidak ada seorangpun yang berani membangunkannya selain keluarganya yang paling dicintainya, sampai ia dibangunkan oleh Allah dari tempat tidurnya itu". Jika ia seorang munafik, niscaya ia akan menjawab::"saya tidak tahu, dahulu saya pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu dan saya pun pernah mengatakannya:"kedua malaikat itu akan berkata kepadanya:"Kami telah menyangka engkau berkata begitu". Kemudian, dikatakan kepada bumi". Himpitlah dia"! Maka bumi pun menghimpitnya sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan. Ia tidak diberi siksaan lain sampai dibangkitkan oleh Allah dari tempat tidurnya".
Kubur itu mempunyai himpitan ketika mayat datang padanya. Akan tetapi, kita tidak mengetahui hakekat yang sebenarnya.

Didalam hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah, Rasulullah bersabda, yang artinya:
"Sesungguhnya kubur itu mempunyai himpitan, apabila ada yang selamat darinya, niscaya selamatlah Sa'ad bin Mu'adz".HR.Ahmad.

 Mungkinkah mengetahui keadaan orang-orang yang telah mati dengan jalan mukasyafah melalui mimpi?

Orang-orang yang telah mati itu bermacam-macam, mereka ada yang bahagia dan ada yang celaka. Tetapi kita tidak tahu keputusan apa yang diberikan kepada si mayat. Kita tidak dapat memandang kebaikan mayat secara lahiriah, sebab kaebaikan itu adanya didalam hati. Sedangkan hati itu merupakan hal yang abstrak, tidak kelihatan bagi orang yang takwa apalagi bagi orang yang tidak bertakwa. Oleh karena itu, kebaikan secara lahiriah tidak ada nilainya tanpa ketakwaan itu hanya dapat diketahui oleh Allah.

Orang mati itu telah berpindah dari alam nyata ke alam gaib. Oleh karena itu, ia tidak dapat dilihat oleh mata lahiriah, ia hanya dapat dilihat oleh mata lain yang ada didalam hati manusia yang disebut dengan basirah. Akan tetapi, manusia telah membuat tabir yang menghalanginya, yaitu hawa nafsu dan kesibukan duniawi, sehingga ia tidak dapat menggunakan basirahnya untuk melihat hal-hal yang ada dialam gaib selama tabir itu masih menutupi mata hatinya.

Al-Ghazali berkata: oleh karena tabir itu tidak menghalangi mata hati para nabi, maka pantaslah jikalau mereka dapat melihat alam gaib, menyaksikan keajaiban-keajaiban dan menyaksikan orang-orang mati dialam gaib, sehingga mereka dapat menyampaikan berita perihal keadaan orang-orang mati.

Oleh karena itu, Rasulullah pernah melihat himpitan kubur yang menimpa diri Sa'ad bin Mu'adz dan puterinya yang bernama Zainab. Demikian halnya yang terjadi dengan Abu Jabir pada saat sakaratul maut. Pada saat itu ia diberitahu bahwa Allah akan menempatkannya dihadapan-Nya tanpa ada tabir yang menghalanginya.

Penglihatan-penglihatan seperti ini hanya dapat dialami oleh para Nabi dan Wali yang derajatnya sudah mendekati para Nabi.
Mungkinkah kita menyaksikan hal-hal yang serupa itu? Al-Ghazali mengiyakannya dengan alasan hadist Rasulullah, yang maksudnya:
"Impian yang benar merupakan salah satu dari empat puluh enam bagian kenabian".

Oleh karena itu, impian yang benar hanya ada pada orang mukmin yang sholeh, sedangkan kebaikan seseorang secara lahiriah belum tentu lahir dari kebaikan batinnya karena batin itu gaib, tidak ada yang mengetahui selain Allah. Ilmu mimpi dan tafsirnya merupakan ilmu aneh yang telah diperbincangkan oleh orang-orang terdahulu dan sesudahnya. Ilmu ini memiliki keanehan-keanehan yang membuat sebagian orang mempercayai adanya orang-orang yang mendapatkan impian-impian yang benar yaitu orang-orang yang bertaqarrub kepada Allah.

Akan tetapi, kita peroleh dari hasil penelitian, bahwa banyak orang fasik, orang-orang kafir, para penyembah alam dan sapi, dan orang-orang yang zalim, mendapatkan impian yang terang bagai terangnya fajar. Inilah yang mendorong para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa pada manusia terdapat suatu kekuatan yang aneh dialam raya, yaitu yang mereka namakan dengan akal batin atau kekuatan yang tidak disadari, yang ada pada tempat-tempat yang tidak kita sadari yang suka bangun dimalam hari dan memperlihatkan kepada kita impian-impian yang kadang berupa pemecahan suatu masalah yang tidak terpecahkan dialam kesadaran.

Hal itu telah terjadi pada orang yang menemukan penisilin untuk mengobati penyakit mabuk. Ia telah lama berada dalam kebingungan, kemudian akhirnya ia mendapatkan obat yang aneh itu didalam mimpinya. Penemuan itu tidak dihasilkan oleh para sufi dan yang benar-benar mukmin. Demikian halnya Raja Mesir yang telah bermimpi melihat sapi-sapi yang gemuk, juga Fir'aun telah bermimpi kekuasaannya direbut oleh seorang bayi dari Israil dan sebagainya.

Barangkali yang menjadikan para penganut setiap agama meyakini kebenaran agamanya itu adalah impian mereka yang memberikan kabar gembira akan adanya kenikmatan setelah mati dan impian mereka tentang orang-orang yang sudah mati diantara mereka, berada disisi tuhan.

Demikianlah pendapat mereka, dan demikian pula pendapat para peramal mereka. Berita tentang impian-impian ini telah tersebar secara mutawatir, dan inilah yang mendorong kita untuk berkata: jika sebagian para Nabi mempunyai kistimewaan dengan diberikannya wahyu melalui mimpi, maka keistimewaan ini tidak berlaku bagi yang lainnya kecuali jika kita menganggap mungkin turunnya Malaikat Jibril kepada orang yang bukan Nabi.

Dan untuk itu kita buat lembaran tentang ihwal orang-orang mati menurut hasil impian. Jika tidak, maka kita akan meragukan firman Allah mengenai pahala kita di akhirat. Kita akan dibingungkan oleh apa yang kita baca dan kita lihat didalam mimpi. Rasulullah bersabda yang maknanya:
"Barangsiapa melihat aku dialam mimpi, maka sesungguhnya ia telah melihat aku dengan sebenarnya, karena setan tidak dapat menyerupai aku".HR.Muttafaq 'alaih.

Demikianlah bagi para sahabat Rasulullah yang telah menyaksikan dan mengenalnya dengan benar. Mereka tidak mereka-reka bentuknya, sehingga menjelma dalam mimpi mereka. Sehubungan dengan hal itu, para ulama berkata: tidak ada hukum dalam impian ini. Sering kali impian itu ditafsirkan kepada subyek orang yang bermimpi, bukan kepada obyek impiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar