Senin, 03 Desember 2012

PERDEBATAN ANTARA MANUSIA DAN SETAN


MALAM DAN KEGUNDAHAN.
 

Desir angin berhembus di sela pepohonan dan melambaikan dedaunan. Pepohonan merelakan dirinya berada dalam pelukan sang angin. Terdengar ratap pilu dari pepohonan hingga menyayat kalbu setiap insan. Seakan-akan, dimalam yang dingin dan mencekam ini tengah terjadi sebuah peristiwa. Ratap pepohonan mengisahkan sebuah tragedi menakutkan. Ditengah desir angin dan suara-suara menakutkan yang menyelinap ditaman, terdengar ratap dan tangisan. Suasana mencekam ini membuatku berdebar. Sebab, aku disini seorang diri. Ku tak tahu, ratapan ini berasal dari siapa dan dimanakah dia berada? Mungkin khayalan menyebabkanku mempunyai bayangan seperti ini. Diantara riuh rendah suara itu terdengar olehku suara serangga dari kejauhan yang seakan-akan tak ingin bungkam. Diluar terdengar suara hiruk pikuk dan ketakutan menguasai diriku.

Tubuhku terasa panas dingin. Seakan-akan malam gulita ini merupakan tragedi yang menyakitkan. Lama sudah rasa kantuk tidak menghinggapiku. Pikiran yang tenang pun telah terampas dari raga dan jiwaku. Ku berdiri dan berjalan menuju taman. Sepanjang aku memandang ke sekeliling, gelap gulita menyelimuti setiap tempat. Dalam setiap hembusan angin, kadang terdengar suara menakutkan. Angin seolah menampar wajahku dengan duri dan ranting. Hawa dingin menusuk hingga tulangku. Jantungku terasa beku. Darahku berhenti mengalir. Saat aku memandang ke langit, kusaksikan deretan bintang-bintang yang tenang dalam pelukan langit. Berkali-kali aku merasa cemburu dengan ketenangan yang meliputi bintang-gemintang yang memamerkan diri di jantung langit! Sudah lama sekali ketenangan itu sirna dari ruh dan jiwaku.
 


BADAI DALAM DIRI.


Dalam diriku berkecamuk sebuah perang yang ku tak tahu apa yang bakal terjadi pada akhirnya? Terjadi perlawanan antara kekuatan jasmani dan ruhani yang menyebabkanku bingung dan tubuhku panas, serta merampas ketenangan dari rumah hatiku. Namun, tatkala aku memandang ke langit, kurasakan dia menawarkan kebahagiaan kepadaku dan kekuatan dilangit menarikku untuk meraih ketenangan. Terkadang aku mendengar bisikan malakut yang memberikan ketenangan dalam ruh dan jiwaku. Aku merasakan di sekitarku para malaikat Tuhan datang hilir mudik. Tapi, kadangkala diriku seolah berada dibawah tekanan aneh, hingga aku merasakan kekuatan jahat menguasai diriku. Dan aku bertekuk lutut dalam peperangan menghadapinya (kekuatan jahat) ini. Disini, keresahan menjadikan kekuatan tekad dan pikiran terampas dariku. Ketenangan telah hilang dari rumah hatiku. Tanpa sadar, aku melangkahkan ke taman dan tenggelam dalam pikiranku. Aku memikirkan badai yang berkecamuk dalam diriku. Berkali-kali aku bertanya pada diriku sendiri, siapa sebenarnya aku? Untuk tujuan apa aku diciptakan didunia ini? Sudahkah aku menjalankan semua tujuan yang Tuhan harapkan dariku sebagai manusia? Sudahkah aku mengabdi kepada Tuhanku? Akankah ku sia-siakan usia dan kehidupanku di dunia fana ini? Apakah aku telah mengabaikan kesempatan demi kesempatan dalam kehidupan ini? Apakah aku telah menghabiskan modal kehidupanku dalam kelalaian dan ketidaktahuan? Terkadang aku malu pada diriku sendiri. Apakah aku telah menyia-nyiakan kesempatan mengabdi kepada Tuhan? Sampai kerugian masa datang kembali, saat-saat terpenting bergerak menuju kesia-siaan.

Banyak pertanyaan muncul dalam hati sanubariku. Sedemikian rupa, setiap hari aku berhadapan dengannya. Hatiku berharap cahaya ilahi meliputi diriku, kecintaan pada tuhan selalu hadir dalam hatiku. Kuingin mencapai keyakinan, hingga kemanapun ku memandang, aku tak melihat apapun selain tuhan. Aku harus melakukan perjalanan dalam diriku sendiri. Barangkali aku mampu mengakhiri peperangan ini. Wahai Tuhan Yang Maha Besar, akulah hamba yang terpuruk. Akulah hamba yang telah menyia-nyiakan usia.



Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar