Senin, 03 Desember 2012

USIA DALAM KELALAIAN

Ketika aku memikirkan tentang penciptaan manusia, aku melihat semuanya merupakan keagungan dan tanda kebesaran Allah Yang Maha Kekal.

Allah membanggakan penciptaan manusia dan berfirman kepada para malaikat, "Maha Besar Allah. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pencipta," (QS.Al-Mu'minun:14). Di lain kesempatan, Allah SAW berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku telah menjadikan khalifah di muka bumi ini." (QS.Al-Baqarah:30). Ketika aku membaca ayat-ayat ini dan memikirkan maknanya, aku semakin memahami bahwa aku telah menghabiskan usiaku dalam kesia-siaan dan terjauhkan dari tujuan penciptaan manusia. Aku tenggelam dalam pikiranku. Banyak sekali pertanyaan 'mengapa' yang menyibukkan pikiranku. Tabir apakah yang menghalangiku dari bergerak menuju cahaya Allah? Mengapa hatiku gelap dan seperti masa sebelumnya aku tidak merasakan cahaya di dalamnya? Apa sebenarnya tabir-tabir ini yang menghalangiku dalam menggapai Wujud Kekal Allah? Aku bagai seekor kupu-kupu yang masih berada dalam kepompong , yang mana dia sendiri tidak berdaya didalamnya. Aku tidak punya kekuatan untuk membebaskan diri dari cangkang, lalu menjadi kupu-kupu dan terbang. Sayap-sayapku tidak mampu menerbangkan tubuhku yang berlumuran dosa.

Kenapa aku melihat ruh ku terbelenggu oleh rantai-rantai yang beratnya menyiksa ruh dan jasadku? Seakan-akan aku tidak merasakan suatu kelezatan dari segala sesuatu. Bahkan, dalam setiap shalat yang aku kerjakan, aku merasa tenggelam dalam pikiran selain Allah. Hingga kini, aku tidak mampu menjalankan shalat yang sebenarnya. Disuatu tempat, aku membaca Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Dzar, "Wahai Abu Dzar, sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi menjadikan cahaya mataku (kebahagiaanku) terletak dalam shalat.

Allah SWT menjadikanku begitu mencintai shalat sebagaimana orang lapar mencintai makanan dan orang haus mendambakan air. Apabila orang lapar menyantap makanan, dia kenyang. Dan apabila orang haus minum air, dahaganya terpuaskan. Sedangkan aku tidak pernah merasa kenyang dari shalat." Samakah kecintaanku terhadap shalat dengan kecintaan Nabi SAW terhadap shalat? Kelak dihari kiamat, dapatkah aku menatap wajah suci Rasulullah SAW, sang kekasihku? Mampukah aku persembahkan shalat dan ibadahku yang lain keharibaan Allah SWT?


AMANAT ILAHI.


Sudahkah aku menyampaikan beban amanat Ilahi didepan rumah yang dituju? Suatu amanat yang dalam Al-Qur'an Allah berfirman, "sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk meikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia."(Al-Ahzab:72)

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan bermunculan dalam pikiranku. Apakah aku sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, telah menjalankan kewajibanku sebaik-baiknya? Dan lebih penting dari semuanya, apakah aku sudah menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya? Ataukah aku hanya tenggelam dan larut dalam kelezatan-kelezatan yang singkat masanya dan hanyut terbawa arus kehidupan dunia?


Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar