Selasa, 04 Desember 2012

KENAPA GAGAL?

Cukup lama aku tenggelam dalam hawa nafsu yang setan menjerumuskanku ke dalamnya. Aku melihat semua kegagalanku berasal dari tipu daya iblis. Berkali-kali iblis menyesatkanku dari jalan yang benar, menipuku dengan hiasan semua dunia, serta mencemariku dengan kesalahan dan dosa. Berkali-kali aku termakan tipu daya iblis dan setelah itu aku bertaubat. Tapi, aku tidak mengerti, mengapa aku kembali mengejar dan mencarinya lagi? Begitulah aku melangkah dalam kegelapan dan melihat diriku berada di tepian sungai yang mengalir di sebuah taman. Aku duduk diatas hamparan sebongkah batu.

Semua wujudku terpana dengan suara gemericik air yang menerpa bebatuan sungai. Aku membayangkan diriku menaiki sebuah perahu. Aku melihat keindahan yang luar biasa sejauh mata memandang kearah sungai. Air mengalir dengan lembut sepanjang sungai. Terasa ramah dan tenang dalam relung hati. Meski dalam kegelapan ini, kebeningan dan keindahan air sungai tetap terlihat. Akupun tenggelam dalam keindahan sungai. Dalam hatiku terdengar suatu bisikan bahwa setiap kemurniaan dan keindahan pasti berasal dari Allah SWT.

Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. (6)Penciptaan manusia berasal dari keindahan, kemurniaan, dan kesucian Allah SWT. Allah SWT ciptakan setiap makhluk berdasarkan hikmah abadi-Nya. Allah SWT ciptakan segala sesuatu dalam kondisi murni dan tanpa noda. Tiada keburukan dalam penciptaan Allah, "wahai Tuhan kami, Engkau tidak akan menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Peliharalah kami dari siksa neraka." (QS.Ali-Imron:191)Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya dalam kondisi bersih dan suci. Sebagaimana Allah SWT ciptakan keindahan rangkaian bunga, manusia juga tidak luput dari kaidah ini. Allah mencintai keindahan. Keindahan ini pun tertanam dalam hatiku.

Demi menggapai kesempurnaan dan meniti jalan kebenaran, yaitu kecintaan kepada kehidupan yang berada di sisi malakiut Ilahi, maka manusia itdak selayaknya menyerahkan hatinya kepada selain Allah. Agar manusia tenggelam dalam cinta Ilahi, dia mesti menjadikan hatinya sebagai kediaman Allah. Semakin tekun manusia beribadah kepada Allah, cahayanya kian membesar. Ketika aku melihat kedalam diriku, aku melihat karat-karat dalam hatiku. Allah telah menitipkan hati ini kepadaku. Hati yang sebelumnya indah dan jernih. Namun, bagaimana aku menjaga amanat Ilahi ini. Amanat yang sebelumnya bercahaya kini berubah menjadi hitam kelam. Bahkan, aku menjadikannya sebagai sarang iblis dan membiarkan diriku menjadi tawanan hawa nafsu. Sebab, aku bagai anak kecil yang mendengarkan bisikan iblis. Tatkala mencela orang-orang seperti ini, Allah SWT berfirman, "Janganlah engkau membinasakan dirimu sendiri." (QS.Al-Baqarah:195)Inilah kesedihan terbesar yang meresahkan hatiku dan berkecamuk dalam diriku. Ku tahu, jika aku biarkan diriku tenggelam dalam gemerlap dunia fana ini, maka aku menjadi tawanan iblis. Berkali-kali aku berdoa kepada Allah untuk bisa lepas dari cengkeraman iblis yang penuh dengan tipu daya. Tetapi, sebagaimana ungkapan orang bijak :

Begitu rupa ku bicara pada Tuhan dalam do'a,Namun ku tak dengar suara-Nya. Kemudian aku belajar untuk diam, Saat itulah aku mendengar suara Tuhan. Hingga masa aku tak mendengar suara-Nya, Belum kau jalin hubungan sejati dengan-Nya.



RASA TAKUT DALAM KESENDIRIAN.


Gemeretak patah dahan pepohonan menarik perhatianku. Kudapati diriku berada di tepian sungai kebun. Aku merasa badai topan akan datang. Tarian angin memporak porandakan pepohonan dengan sangat cepat. Terdengar gemeretak patah dahan pepohonan dan menimbulkan suara seperti teriakan yang menyeramkan. Suasana ini menciptakan ketakutan amat mencekam yang menyelimuti seluruh keberadaanku. Spontan panas dingin merambat dan merasuki tubuhku. Darah yang mengalir di nadiku seolah membeku. Aliran sungai berubah deras dan menghantam bebatuan dengan suara menakutkan. Tiba-tiba sebuah gelombang  yang menakutkan mencuat ke udara dan menyemburkan warna merah seperti tembakau peluru api. Rasa takut menguasai diriku. Nafasku tersengal seakan tersedak sesuatu di kerongkonganku.


Segera aku bangkit dari tempatku dengan ketakutan. Kupandang sekelilingku. Peluru-peluru api tepat berjatuhan dihadapanku dan mengepulkan asap hitam yang membubung ke udara, dan bagaikan sebuah tenda hitam di kegelapan malam yang menambah kelamnya bayangan ketakutanku. Kurasakan panas yang luar biasa. Sedemikian panasnya temperatur udara, aku menyangkanya bukan berasal dari api atau panasnya api yang pernah ada  di dunia ini. Kurasakan sekujur tubuhku terkungkung dalam jilatan api. Kuingin berlari, tapi kedua kakiku terasa kaku dan kekuatan gerak seolah sirna dari tubuhku. Seakan aku tertelan bumi. Tercium aroma busuk yang menyengat diiringi dengan suara petir yang menggelegar. Ketakutan membuat berdiri bulu kuduk di sekujur tubuhku. Kurasakan rasa sakit tak tertahankan dikepalaku hingga seluruh tulangku bergetar. Dengan segala kemampuan yang kumiliki, kututupi wajahku dengan kedua tangan. Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri, "apa sebenarnya peluru-peluru api ini?"


Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar