Selasa, 04 Desember 2012

HIKMAH IBADAH

Dalam buku berjudul 'hikmah ibadah' karya Ayatullah Jawadi Amuli, aku membaca beberapa kalimat yang berbunyi: "Kesucian merupakan rahasia dan hikmah ibadah. Demi meraih shalat yang menyebabkan keselamatan, kita harus memulainya dengan bersuci. Ketika menjawab pertanyaan seseorang tentang rahasia wudhu, Rasulullah SAW bersabda, 'tatkala membasuh wajah, artinya: ya Allah, aku menghapus setiap dosa yang aku lakukan dengan wajah ini. Sehingga aku bisa beribadah kepada-Mu dengan wajah yang bersih. Matikanlah aku dalam kondisi tubuhku sudah tersucikan.

Saat membasuh kedua tangan dalam wudhu, artinya: ya Allah, aku menghapus segala dosa yang aku perbuat dengan kedua tangan ini.

Saat mengusap kepala dalam wudhu, artinya: ya Allah, jauhkanlah aku dari setiap khayalan sesat dalam pikiranku.

Saat mengusap kedua kaki, artinya: aku telah berjalan ke tempat-tempat yang tidak baik dengan kedua kaki ini, maka aku sucikan kedua kakiku dari segala dosa yang telah aku lakukan dengan perantara keduanya.

Jika kita ingin menyebut nama Allah, maka kita harus mensucikan mulut kita. Dan setiap bagian dalam wudhu, harus diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah."

Rasulullah SAW bersabda, "umatku pada hari kiamat akan terlihat lebih baik dan bercahaya dibandingkan dengan umat-umat lainnya. Hal ini disebabkan bekas air wudhu mereka." (kitab Biharul An-War[80]:237)

Berwudhu dengan kualitas seperti ini harus disertai dengan kehadiran hati kita. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengerjakan shalat. Sehingga, pendiri shalat hanya mengingat Allah semata. "Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (QS.Thaha:14).

Mendirikan shalat menjadikan kita mengingat Allah SWT. Dengan modal yang dia dapatkan dari shalat, pelakunya tidak pernah lemah iman sepanjang hidupnya, tidak putus asa dalam menghadapi problema kehidupan, dan selalu bersabar dalam segala hal.

Pelaku shalat selalu mengerjakannya tanpa malas. Dengan berkah shalat, dia terdorong untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik lainnnya. Pelaku shalat adalah pribadi yang tidak kikir atas semua harta yang dimilikinya. Dengan tulus ikhlas dia membantu fakir miskin dengan apa-apa yang dia sukai dan menginfaqkan harta dijalan kebaikan.

Pelaku shalat adalah mereka yang percaya pada hari kiamat atau hari pembalasan. Shalat yang sebenarnya adalah yang mengingatkan akan hari akhir dan pembalasan.

Rasulullah SAW bersabda, "ketahuilah! Sesungguhnya Allah dengan kemuliaan-Nya bersumpah untuk tidak menyiksa dengan api neraka orang-orang yang mendirikan shalat dan orang-orang yang bersujud dan tidak pula menakuti mereka. Pelaku shalat pada hari itu berada dalam perlindungan Allah." (kitab Arba'in, Syech Baha'i juz 9)

Pelaku shalat selalu menepati janji yang telah dibuat antara dirinya dengan Allah SWT. Pelaku shalat tetap konsisten memegang teguh kesaksiannya atas ke-Esa-an Allah, risalah kenabian, dan imamah (kepemimpinan). Pelaku shalat selalu mengerjakannya tepat waktu. Pelaku shalat tidak pernah meninggalkan keutamaan mendirikan shalat di awal waktu.

Imam ja'far Shadiq as berkata, "ketika manusia hendak mengerjakan shalat di awal waktu, sekumpulan cahaya putih nan bersih akan melesat ke langit dan mengatakan: 'kamu telah menjagaku, semoga Allah juga menjagamu.' Dan sebaliknya, jika seorang tidak memperhatikan waktu shalat, cahaya hitam akan naik ke atas dan berkata: 'Kamu telah melalaikanKu, semoga Allah melalaikanmu.'(kitab malayakhdhurul faqih,juz 1, hal 209).

Sebaik-baik kondisi shalat adalah saat sujud dihadapan Allah SWT. Sujud merupakan kondisi terdekat seorang hamba kepada Tuhannya. Rasulullah SAW dalam khotbah Sya'baniyah bersabda, "punggung-punggung kalian terasa berat lantaran beban dosa kalian. Ringankanlah dengan sujud yang panjang." (khutbah sya'baniyah Rasulullah SAW).

Maka sujud dihadapan Allah adalah: ketundukan dihadapan Tuhan yang segala sesuatu tunduk dihadapan-Nya; menanamkan kecintaan kepada Allah SWT: dan meletakkan kepala yang terhormat diatas tanah yang dianggap hina. Lantaran cinta Allah, seseorang bersimpuh dihadapan-Nya diatas tanah. Sebab, seluruh kemuliaan dan keagungan berasal dari-Nya.

Shalat merupakan sungai jiwa dan mata air telaga yang memadamkan api masa lalu dan menghapus segala keburukan.

Rasulullah SAW bersabda, "terkadang kegelapan menyelimuti hatiku. Oleh karena itu, setiap hari aku beristighfar (memohon ampunan) sebanyak 70 kali."

Istighfar dan shalat yang dibaca Rasulullah SAW merupakan sebuah cahaya hidayah bagi ummat beliau hingga hari kiamat.

Dalam kehidupan Sayidah Fatimah Az-Zahra as diceritakan bahwa beliau senantiasa dalam keadaanb takut ketika mendirikan shalat. Imam Hasan al-mujtaba as ketika mendirikan shalat, seluruh tubuhnya bergetar dan ketika mengingat surga dan neraka maka beliau seperti seorang yang digigit ular dan melilit tubuhnya. Beliau selalu memohon surga kepada Allah dan meminta perlindungan dari siksa neraka.


Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar