Selasa, 04 Desember 2012

NASIHAT IBLIS

Nilai perbuatan manusia terletak pada seberapa besar cintanya kepada Allah. Aku akan berikan sebuah nasihat kepadamu, hai manusia. Setiap pagi, setelah kamu bangun dari tidurmu, bertanyalah kepada dirimu sendiri, seberapa besar kamu menempatkan Allah dihatimu? Apakah cinta ini hanya untuk riya? Cobalah melakukannya tiap hari, maka kamu saat itu akan menyadari bahwa sebenarnya kamu adalah teman-temanku. Atau, apakah hati dan pikiranmu benar-benar di Baitullah? Tetapi dengan syarat kamu berjalan sendirian ke arah kanan."

Aku berkata, "hai iblis, aku rasa tidak mungkin kamu memberi nasihat yang benar. Tapi aku terima sebagian pembicaraanmu supaya manusia tidak berbuat riya. Sebab, salah satu sarana perangmu adalah sifat riya.

Adapun jika hati hanya dipersembahkan untuk Allah dan Dia semayam didalamnya, saat Dia ada disana, maka semua hal yang berhubungan dengan-Nya akan tampak hadir dan nyata. Apapun yang kau inginkan, niscaya semuanya akan menghampirimu. Sebab, hati merupakan rumah ilahi. Hati nan bersih ini tak lain adalah ruh para Nabi dan kekasih Allah.

Setiap cinta meniscayakan pengorbanan untuk Allah. Atas dasar itu, kita harus berupaya agar hati ita hanya dipersembahkan untuk Allah SWT. Menurut istilah seorang guru besar spiritual Syech Rajab Ali Khayyath, 'kehadiran Allah terus-menerus dalam hati, bertawasul kepada Ahlul Bait Nabi as, berdoa di malam hari (maksudnya ibadah dengan ikhlas sepanjang hari dan memohon hajat dimalam hari), dan berbuat baik kepada ciptaan-Nya, merupakan cara untuk mencegah masuknya setan kedalam hati.'

Sekecil atompun cinta kepada selain Allah tertanam dalam hati, kita tidak akan mendapatkan sesuatu dari rahasia-rahasia ilahi. Dalam doa arafah dikatakan, 'siapa saja yang tidak menemukan-Mu, apa yang akan dia temukan? Dan siapa saja yang menemukanMu, apa yang  tidak dia dapatkan?'


RUMAH TERAKHIR PENGHAMBAAN.


Dalam sebuah hadist Qudsi disebutkan, 'wahai Anak Adam, Aku mencintai kalian, maka cintailah aku.' (Hadist Qudsi). Poin terpenting adalah cinta kepada Allah yang merupakan rumah terakhir penghambaan. Kita sangat membutuhkan Allah dna Dia amat menyayangi kita. Kita harus menyadari akan cinta ini dan bersujud dihadapan-Nya bak laron-laron yang selalu mengelilingi nyala lilin. Untuk mempertahankan kecintaan kita kepada Allah, sebagaimana halnya laron, ketika dia ingin menggapai cahaya tersebut, dia mengorbankan dirinya sendiri hingga sayap-sayapnya terbakar dan akhirnya dia melebur dalam cahaya itu. Seharusnyalah kita juga berlaku sama. Sekiranya kita bisa menutup mata dan hati kita dari selain Allah, niscaya Allah SWT akan memberikan kita sebuah cahaya. Dengan demikian, kita benar-benar berpegang teguh kepada pondasi Allah.

Imam Shodiq as berkata, 'cahaya cinta ilahi senantiasa meliputi hati seorang hamba. Cahaya itu akan padam jika dinyalakan oleh sesuatu yang lain. Setiap kali mengingat selain Allah, hati kita menjadi gelap. Orang yang mencintai Allah adalah pribadi paling tulus, jujur, serta setia terhadap janji dan perjanjian."


Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar