Selasa, 04 Desember 2012

AKULAH IBLIS

Aku seakan mati dan tenggelam dalam perkataannya. Siapa sebenarnya sosok menyeramkan ini yang mengetahui semua hal tentang diriku? Aku sebelumnya tidak pernah melihatnya. Ketakutan kembali menguasai diriku. Aku bersumpah kepadanya, dengan wujud Allah Yang Maha Tak Terbatas Tatkala kusebut nama Allah, spontan ia berteriak marah dan mengatakan, "hai manusia pelupa, diamlah! Sebelum Allah menciptakan kakek kalian Adam, aku secara bebas bisa menghadap kepada Allah. Aku mempunyai kedudukan dan jabatan di sisi-Nya. Meskipun kalian berbuat buruk kepadaku dan menghinakanku, aku menghendaki semua kebaikan bagi kalian."

Kata-katanya membuatku bingung. Kembali aku bertanya, "siapa sebenarnya kamu? Apa yang kamu kehendaki dari diriku?"

Dia berkata, "benarkah kamu sangat ingin mengetahui siapa sesungguhnya aku? Ketahuilah, aku adalah teman, sahabat, mitra dan kekasihmu dalam kehidupan yang penuh dengan berjuta-juta kenikmatan ini."

Dia memutarkan roda di sekelilingnya dan membunyikan lonceng ditangannya. Kemudian dia memukulkan salah satu tangannya ke dahi dan membuka kedua matanya lalu menatapku dengan tajam. Kedua matanya memancarkan kebengisan. Pada kedua bola matanya terlihat jilatan-jilatan api yang membara. Kemampuanku untuk berbicara telah hilang dan lidahku kelu. Aku merasakan sakit tak tertahankan pada dadaku. Seakan-akan jantungku akan keluar. Dia berkata, "Akulah iblis. Teman baikmu."


CAHAYA KEBENARAN TERPANCAR DARI BALIK TIRAI.


Sekali lagi, dendam sejarah pecah dalam tenggorokanku. Sebuah pintu kecil kebenaran terbuka di depan mataku. Terbayang jelas dimataku seluruh ketidakadilan, musibah, penghinaan, penipuan, perampasan hak-hak kaum tertindas yang terinjak-injak tanpa pembela. Aku melihat banyak sekali Firaun dengan jutaan budaknya. Tubuh para budak tersebut dipenuhi bekas cambukan dan siksaan sebagai tanda kekejaman dan siksaan para penindas. Dan dengan mata letih dan tak berdaya mereka memandang jauh kedepan, berharap mungkin masih ada jalan keluar dan pertolongan atas apa yanng menimpa mereka.


Kemudian aku melihat wanita-wanita yang hidup menderita dan berlumuran debu. Mereka berada di liang kubur, aman dari ketidak adilan. Mereka menujulurkan tangan-tangan mungilnya ke langit memohon pertolongan entah kepada siapa atas semua penindasan dan kekejaman ini. Satu-satunya harapan dalam keadaan seperti ini adalah memejamkan mata untuk selama-lamanya dari dunia fana dan menanti kedatangan sang Nabi SAW.

Hingga detik ini, anak-anak perempuan ini bagai bunga-bunga baru tumbuh yang belum mekar di musim semi. Mereka dalam keadaan sekarat di tangan para ayah zalim yang mati hatinya. Aku juga melihat jasad-jasad yang tidak punya kekuatan, yang dijadikan permainan dan tarian angin. Jeritan pilu mereka menggugah hati kita untuk memantapkan kebenaran dan iman. Lalu aku melihat hamparan ladang. Dalam saluran airnya, bukannya deras air yang mengalir, tapi aliran darah orang-orang mustadzafin yang terbunuh oleh pedang-pedang para penindas hingga tumpah darah mereka membasahi bumi dan mengalir seperti sungai. Darah-darah yang ditumpahkan secara tidak benar, seperti bunga-bunga tulip yang berserakan.

Kemudian aku melihat Karbala, yang mana Imam Husain as dengan segala wujudnya memaknai Imamah (kepemimpinan) dan Islam, serta menegakkan jalan kebenaran. Imam Husain as berkorban demi kelanggengan Islam, supaya umat manusia sepeninggalnya tidak menyimpang dari Islam yang benar. Imam Husain as dan keluarganya beserta para sahabatnya dibawa ketempat pengorbanan layaknya Nabi Ismail as ketika Allah memerintahkan ayahnya untuk menyembelihnya. Kemudian aku melihat Saqifah Bani Sa'idah, dimana orang-orang meninggalkan jasad suci Nabi Muhammad SAW yang belum dimandikan dan dikafani demi memperebutkan kekuasaan sepeninggal beliau.


Mereka meninggalkan Imam Ali bin Abi Thalib a.s dan Islam dalam musibah yang menyayat jiwa sepeninggal Nabi besar Islam. Para provokator telah menyiapkan sebuah rencana besar untuk menginjak-injak hak wilayah (kepengaturan), meninggalkan realita dan falsafah haji terakhir Nabi (Haji Wada') serta peristiwa Ghadir Khum. Aku kemudian melihat sebuah kobaran api yang sangat menakutkan yang percikannya bersumber dari kebodohan, iri dengki, dendam, dan sombong. Rumah paling suci dan hamba tercinta Allah SWT dan Rasul-Nya di blokade. Seorang wanita mulia, bunga melati Nabi SAW yang merupakan alasan penciptaan seluruh makhluk di semesta alam ini, istri terkasih Imam Ali bin Abi Thalib a.s, ibu surgawi dan permata yang namanya Fatimah Az-Zahra a.s, bangkit untuk mendirikan kebenaran wilayah, mengartikan kecintaan kepada wilayah diantara pintu dan tembok.


Kemalangan Rasulullah SAW mereka anggap sebagai ujian Ilahi yang dihadapi dengan kebesaran dan kemuliaan hati. Aku kemudian melihat para pembela iblis yang merantai sang Pemegang wilayah (Imam Ali a.s) dan menyeretnya ke mesjid Nabawi secara paksa untuk mengambil bai'at ilegal darinya. Mereka menghunuskan pedang kearah pengganti Nabi SAW yang juga merupakan saudara beliau. Tak terasa tetesan air mata mengalir deras membasahi wajahku. Kurasakan getaran aneh menjalari sekujur tubuhku. Kebenaran bagi diriku telah jelas terpampang, yang mungkin telah berabad-abad tertutup oleh tirai seperti sebuah mutiara. Aku menganggap semua penderitaan sejarah yang disembunyikan ini berasal dari makhluk terkutuk, yaitu iblis.


Sumber dari buku Semalam bersama setan.
Oleh Alieh Hamedani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar